Bawang Merah & Bawang Putih
Cerita Rakyat Riau, Sumatera
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
Sumber : Loker Seni
Pohon Pemangsa Manusia
Postingan kali ini saya tidak berbicara tentang hantu, tetapi saya akan memberikan sebuah informasi kisah urban legend yang berbeda kepada kalian, urban legend kali ini adalah mengenai kisah-kisah horor dari Pohon Pemakan Manusia. Konon banyak para penjelajah dunia dan saksi hidup yang telah menemukan pohon-pohon pemangsa manusia, berikut ini adalah kisah dari para penjelajah dunia yang menemukan dan menyaksikan peristiwa yang mengerikan dari pohon pemangsa manusia.
Di Madagaskar telah ditemukan pohon besar yang mempunyai sifat karnivora (pemakan daging) pohon tersebut tidak diketahui keberadaanya. Dr. Carle Liche mengklaim telah melihat pohon ini di belakang orang-orang yang sedang berkumpul pada tahun 1878. Ia menceritakan kisahnya ke surat kabar dan media asing setempat dan mengklaim bahwa penduduk asli di hutan Madagaskar telah mengorbankan manusia untuk pohon. Dan dia benar-benar diundang untuk menyaksikan ritual pohon memakan manusia ini. Pohon itu memiliki tinggi sekitar sepuluh meter, memiliki daun yang berukuran panjang yang penuh dengan duri dan berbisa. Dari akar pohon ini tumbuh setengah lusin benang sari. Ketika korban di dekatkan ke pohon ini, maka benang sari ini akan menyebarkan diri dan mengelilingi di sekitar kepala korban dan bahu cabang hijau akan melilit seperti ular melingkari tubuh korban. Kemudian beberapa akar akan naik pelan-pelan dan menutup seluruh korban dan akar ini mengeluarkan cairan berwarna merah muda sebagai pelumas agar kulit dari tubuh korban terlepas, setelah terlepas pohon itu akan memisahkan tulang-tulang dari korban.
Kabar lainya juga telah dikabarkan bahwa ada sebuah pohon seperti Ular dan pohon ini berada di Sierrea Madre, yang terletak di Meksiko. Pohon ini digambarkan sebagai pohon yang memiliki cabang sensitif, berlendir dan bentuknya seperti ular. Jika ada seekor binatang yang hinggap/menaiki pohon itu, maka pohon itu akan memakan binatang itu melalui celah dari dahan pohon yang sekaligus sebagai mulut dan akan terbuka lebar bagaikan ular ingin memakan mangsanya, setelah pohon itu melahapnya kemudian pohon itu akan membuang tulang dari binatang itu. Ada seorang pria sekaligus sebagai saksi hidup telah menyentuh pohon itu tanpa disengaja, tiba-tiba saja pohon itu langsung mencengkram tubuhnya dan membelit tubuhnya dengan dahan yang kuat, tetapi pria ini berhasil melepaskan diri dari pohon ular itu, tetapi sayangnya dia kehilangan beberapa kulit ditubuhnya, sebagaian kulitnya telah terkelupas akibat cengkraman kuat dari pohon itu.
Ada sebuah kisah dari Kapten Arkright pada tahun 1581 yang sedang melakukan study tour dari pulau Pasifik Selatan untuk mempelajari tentangBunga Kematian, bunga ini berada di pulau El Banoor, atau sebutan lainya ialah Island Of Death. Bunga ini sangat indah, memiliki warna yang mencolok, memiliki aroma yang sangat wangi dan memiliki ukuran yang sangat besar sekali, dan bunga ini juga sangat berbeda dari bentuk bunga-bunga lainya, sehingga seorang bisa masuk ke dalam bunga itu dan berteduh di salah satu kelopaknya, kelopak dari bunga ini seperti sebuah gua kecil tetapi jika bunga ini sedang lapar maka akan menjadi pemandangan yang sangat mengerikan. Ada seorang pria yang sedang terpesona dan terkagum oleh bunga ini, dan tanpa pikir panjang pria itu langsung berbaring santai di salah satu kelopaknya tetapi setelah itu menjadi peristiwa yang sangat mengerikan, bahwa bunga itu akan menutup kelopaknya dan mengeluarkan cairan asam dari dinding kelopak bunga dan mencerna korban itu masih hidup-hidup.
Dan terakhir dari kisah Pohon Perangkap Monyet. Ada satu orang penjelajah hutan Brasil, dan ia bernama Mariano Da Silva, ia telah kembali untuk ekspedisinya dari perbatasan Brasil dan Guyana. Tujuan pergi kesana bahwa ia akan mencari penduduk Indian Yatapu untuk bahan study tournya. Selama di perjalanan bahwa ia telah melihat sebuah peristiwa yang sangat mengerikan, ada sebuah pohon yang akan memakan seekor monyet. Dikatakan bahwa ketika pohon itu sedang lapar maka ia mengeluarkan aroma yang sangat tajam yang akan memancing korban terutama seekor monyet sebagai pemangsa utama pohon ini, maka pohon itu diberi julukan sebagaiPohon Perangkap Monyet. Ketika seekor hewan memanjat batang pohon ini, maka hewan itu akan tertimbun oleh dedaunan, dan setelah sekitar 3 hari kemudian maka timbunan dari dedaunan ini akan terbuka dan menjatuhkan tulang dari hewan yang berhasil ia mangsa dan akan menunggu waktu makan berikutnya.
Kesimpulan : Meskipun ilmuwan mengatakan bahwa tidak ada pohon yang bisa memangsa manusia atau pohon pemangsa, dan perkataan dari ilmuwan memang sangat benar, karena tidak ada di dunia ini bahwa pohon bisa memangsa, tetapi jika pohon ini tidak nyata, namun dari manakah para saksi hidup menceritakan kasus ini? Apakah hanya untuk mencari sensasi belaka? Kemungkinan besar memang iya, tetapi apa pun kasus yang telah mereka ceritakan sangat menarik dan akan membuat kalian bertanya-tanya, apakah benar pohon pemangsa itu ada di dunia ini? Dan Itu semua hanya sebuah misteri.
Sebuah Kisah Urban Legend Alat Pengintai Beruang
Alat perangkap beruang adalah kisah urban legend tentang seorang Jenderal yang kehilangan giginya di saat perang dan meminta kepada pihak medis untuk digantikan giginya yang hilang dengan menggunakan sebuah alat perangkap yang digunakan untuk menjebak seekor beruang, alat itu terbuat dari baja, runcing dan sangat tajam.
Kisah yang mengerikan ini telah terjadi selama perang Vietnam. Ada seorang jenderal yang kepripadianya sangat keras dan kasar. Semua prajurit dibawahnya, sangat takut padanya, sehingga tidak ada satu orang pun yang berani berbicara kepadanya. Saat itu malam hari di markasnya, pasukanya telah diserang secara tiba-tiba di markasnya. Ada seorang prajurit yang menyerang sang Jenderal dengan melemparkan sebuah granat tangan dan granat itu mendarat tepat di dekat sang Jenderal dan meledak saat itu juga. Jenderal itu terlempar jauh dan menabrak sebuah generator mesin baja, wajahnya terbentur oleh generator dan menghancurkan semua giginya.
Setelah itu, perang pun telah berakhir dengan kekalahan dan kerugian dimana banyak para perajurit yang telah mati, kerusakan bangunan sebuah markas, dan penderitaan pun telah menimpa mereka seperti tidak adanya bantuan pertolongan, karena alat telekomunikasi yang terputus akibat perang. Ada beberapa petugas medis yang berhasil selamat dari perang itu dan segeralah para medis harus melakukan pengobatan terhadap para perajurit yang terluka khususnya untuk sang Jenderal, karena mereka harus segera melakukan operasi yang bersifat sangat darurat kepada Jenderal akibat luka serius yang dialaminya khususnya dibagian wajah dan di bagian giginya yang telah hancur, namun operasi ini pun mempunyai kendala seperti tanpa tersedianya alat-alat medis dan fasilitas kesehatan lainya, karena tidak adanya alat operasi, terpaksa para medis harus menggunakan alat apa pun yang ditemukanya. Operasi itu berlangsung sangat kasar dan menyakitkan bagi Jenderal, tetapi dengan operasi itu, para medis telah berhasil menyelamatkan nyawa sang Jenderal. Namun, sayangnya ia mengalami cacat permanen terutama di bagian wajahnya. Para medis telah mengambil langkah alternatif mengganti giginya yang hancur dengan menggunakan sebuah alat Perangkap Beruang yang terbuat dari besi baja dan sangat runcing.
Dua bulan telah berlalu, begitu juga dengan luka-luka sang Jenderal yang kian membaik dan sembuh, namun wajah sang Jenderal saat ini sangat mengerikan untuk dilihat, terutama di bagian gigi barunya yang tajam dan selalu mengeluarkan suara kertakan-kertakan yang menakutkan. Saat ia mulai kembali ke markas dan mulai bekerja, ia pun telah menolak segala perawatan medis rutin yang seharusnya ia selalu check up selama cideranya, karena ia sudah merasa baik dan sehat dari cideranya maka ia menolaknya. Di markasnya, para perajuritnya kali ini sangat takut kepadanya bahkan sangat-sangat takut sekali apabila sang Jenderal marah di hadapan mereka.
Lemahnya kualitas operasi telah menyebabkan infeksi di mulut sang Jenderal, dan kemudian suhu tubuhnya meningkat dan mengakibatkan demam di iringi dengan kejang-kejang sesaat. Saat itu ia merasa sangat menderita dan membuat ia menjadi sangat frustasi dan kemudian hilanglah pikiran akal sehatnya dan berubah menjadi gila. Saat itulah ia dijuluki sebagai Pria Tua Yang Bergigi Besi.
Suatu hari ia telah berhasil menangkap tawanan perang, dan di saat tawanan perang itu di interogasi, sang Jenderal sering memainkan gigi-giginya yang tajam untuk mengancamnya. Bahkan sang Jenderal akan menggigitnya, merobek kulitnya hingga menjadi beberapa potongan daging dan melukainya hingga tawanan itu menderita dan berujung dengan kematian. Suatu malam, di kabarkan bahwa beberapa tahanan di sel telah menghilang secara misterius, dan keesokan harinya di sel mereka telah di temukan beberapa genangan darah di lantai sel. Pada awalnya, para penjaga sel telah mengira bahwa para tahanan telah melarikan diri, tetapi kemudian ada saksi yang melihat bahwa ada seseorang yang telah membuka beberapa sel tahanan di tengah malam, dan orang itu sedang memakan hidup-hidup para tawanan sel lalu menjilati sisa-sisa tulang yang masih berlumuran darah dan membuah sisa bangkainya ke hutan, sungguh mengerikan! Karena perilakunya yang sangat mencurigakan, sang Jenderal pun menjadi buah bibir di markasnya dan ia mulai kehilangan kehormatanya dari pasukannya.
Kemudian sang Jenderal pun telah diadili di ruang sidang militer dan di berikan pidana bahwa ia telah bersalah atas pembunuhan dan kanibalisme. Pengadilan menjatuhkan hukuman kepadanya penjara seumur hidup, tetapi setelah ia mendekam selama satu hari di sel, ia telah menghilang dari selnya dan telah berhasil melarikan diri ke hutan. Selama bertahun-tahun pihak militer telah berusaha untuk melacaknya di hutan, tetapi mereka tidak bisa menemukan jejaknya, ia sudah di cap sebagai tawanan yang melarikan diri. Di pihak militer pun telah membuat pengumuman di berbagai media dengan sebuah topikPeringatan : Pria tua bergigi besi telah menghilang dari sel, hidup atau mati segera hubungi kami! Namun sayangnya tindakan ini sama sekali tidak membuahkan hasil apapun, entahlah ia telah pergi kemana? dan tidak ada seorang pun yang tau keberadaanya, Warga pun sangat khawatir dengan tawanan itu karena dikabarkan tawanan itu adalah orang yang tidak waras dan seorang kanibalisme. Dan sampai saat ini, sang Jenderal alias pria tua bergigi besi itu tidak berhasil di temukan dan menghilang secara misterius di hutan Vietnam.
Note : Jika kalian berwisata ke negara Vietnam, berhati-hatilah jika berada di hutan, telah dikabarkan bahwa kemungkinan pria bergigi besi ini masih hidup dan berada di suatu hutan di Vietnam dan siap mengintai anda di hutan!
Misteri Tomino,Puisi Pengundang Kematian
Sebuah kisah seram datang dari Jepang.Tentang sebuah puisi bejudul"Tomino no Jigoku"atau"Neraka Tomino",beisikan lirik-lirik mengerikan,jangan penah membaca dgn suara lantang atau kamu siap memangggil kematian datang menghampiri kamu,Cukup membacanya dalam hati saja
Kisah Menyeramkan Puisi TOmino bekembang di kalangan masyarakat Jepang dan tekenal menjadi salah satu legenda Urban.Ada sebuah cerita yang membuat kita semakin meinding dgn asal muasal puisi ini
Kisah Menyeramkan Puisi TOmino bekembang di kalangan masyarakat Jepang dan tekenal menjadi salah satu legenda Urban.Ada sebuah cerita yang membuat kita semakin meinding dgn asal muasal puisi ini
Tomino adalah gadis kecil yang terlahir cacat.Ia menuliskan puisi yang kemudian di tunjukan kepada orang tuanya .Melihat puisi Tomino yg menyeramkan orang tuanya menghukum Tomino dengan menguungnya
dalam gudang dan tidak membeinya makan.
Beberapa hari kemudian Tomino meninggal dengan tidak wajar.
Beberapa hari kemudian Tomino meninggal dengan tidak wajar.
Langganan:
Postingan (Atom)