Tampilkan postingan dengan label Misteri. Tampilkan semua postingan
Sosok Sakaratul Maut
Hai mau cerita beberapa lagi nih! Masih cerita temen sih, oke?
1.
Ini pengalaman teman sekolahku, namanya Aslam. Jadi, sekitar 3 tahun lalu awal bulan Januari saat dia masih kelas 1 SMP, Ayah dia meninggal. Awalnya sesaat setelah waktu subuh, Ayah Aslam yang memang lagi sakit semakin drop keadaannya. Aslam yang tau hal ini, langsung dateng nemenin Ayahnya.
Dia pegangin kaki Ayahnya sambil terus baca do’a. Tiba2, dia ngeliat bayangan putih yang kata Aslam tubuhnya tuh tinggi banget sekitar 3 meteran, pake sorban, pake kain yang digulung2 gitu dikepala kayak peci ( apasih namanya? ), ya mirip2 Kyai gitulah. Sosok itu lagi menadahkan tangannya kayak orang lagi berdoa, dan setelah berdoa tangannya langsung diletakkin diatas tubuh Ayahnya Aslam.
Aslam yang masih terpana ( iyuh ) sama sosok itu, langsung sadar karna dia ngerasa kaki Ayahnya dingin. Jadi posisi tangannya itu ada dibagian paha dan tulang kering. Dia ngerasa dinginnya itu awalnya kerasa dibagian tulang kering, naik terus sampe ke paha, dan akhirnya sampe ke kepala, Ayah Aslam sesak nafas sebentar lalu meninggal. Innalillahi.. Aslam yang masih berusaha mencerna apa yang terjadi, akhirnya sadar kalo tadi Ayahnya udah dijemput..
Sedih banget waktu kemaren dia cerita ke aku..
Minta do’anya ya temen2 supaya Ayah Aslam ditempatkan ditempat yang terbaik disisi-Nya, aamiin..
2.
Ini pengalaman Ibu dari temenku Gita. Malam itu sekitar jam 7 malam, Ibu Gita yang lagi membungkus kue untuk dijual, kepanasan didalam rumah dan memutuskan untuk bekerja diteras rumah aja. Lagi asik membungkus, tiba2 ada angin berhembus yang dingin banget. Celingak celinguklah Ibu Gita, tapi dia gak menemukan apapun. Dan gak sengaja, Ibu Gita ngeliat kearah atas langit depan rumahnya.
” Wah awan hitam, mau hujan kah? ”
Tapi Ibu Gita yang memang kepanasan berusaha cepat melanjutkan pekejaannya, takut keburu hujan. Tapi entah kenapa, Ibu Gita merasa ada yang manggil2 dari arah atas depan rumahnya tadi. Dia perhatiin, kok awannya gak pindah2 ya? Diperhatiin dari sudut pandang yang berbeda, tuh awan hitam ngikut aja-..-
Sampe akhirnya selesai membungkus kue, Ibu Gita yang masih aja merasa ‘terpanggil’ dari atas depan rumahnya, mencoba untuk melihat lagi. Dan Ibu Gita kageeeeeettt bener2 kagett karna kabut hitam yang daritadi ia pikir awan, ternyata bayangan sosok Genderuwo yang lagi melayang2. Dia baru sadar karna dia baru lihat matanya yang merah itu. Jadi daritadi Ibu Gita ditemenin sama Genderuwo, gapapalah ya lumayan=)) Kasian juga Genderuwonya, secara gak sadar dikacangin==”
Sekian teman2! haha. Comment teman2 yang membangun masih sangat dibutuhkan untuk newbie yang oenjoeh ini~ hihi terimakasihh
1.
Ini pengalaman teman sekolahku, namanya Aslam. Jadi, sekitar 3 tahun lalu awal bulan Januari saat dia masih kelas 1 SMP, Ayah dia meninggal. Awalnya sesaat setelah waktu subuh, Ayah Aslam yang memang lagi sakit semakin drop keadaannya. Aslam yang tau hal ini, langsung dateng nemenin Ayahnya.
Dia pegangin kaki Ayahnya sambil terus baca do’a. Tiba2, dia ngeliat bayangan putih yang kata Aslam tubuhnya tuh tinggi banget sekitar 3 meteran, pake sorban, pake kain yang digulung2 gitu dikepala kayak peci ( apasih namanya? ), ya mirip2 Kyai gitulah. Sosok itu lagi menadahkan tangannya kayak orang lagi berdoa, dan setelah berdoa tangannya langsung diletakkin diatas tubuh Ayahnya Aslam.
Aslam yang masih terpana ( iyuh ) sama sosok itu, langsung sadar karna dia ngerasa kaki Ayahnya dingin. Jadi posisi tangannya itu ada dibagian paha dan tulang kering. Dia ngerasa dinginnya itu awalnya kerasa dibagian tulang kering, naik terus sampe ke paha, dan akhirnya sampe ke kepala, Ayah Aslam sesak nafas sebentar lalu meninggal. Innalillahi.. Aslam yang masih berusaha mencerna apa yang terjadi, akhirnya sadar kalo tadi Ayahnya udah dijemput..
Sedih banget waktu kemaren dia cerita ke aku..
Minta do’anya ya temen2 supaya Ayah Aslam ditempatkan ditempat yang terbaik disisi-Nya, aamiin..
2.
Ini pengalaman Ibu dari temenku Gita. Malam itu sekitar jam 7 malam, Ibu Gita yang lagi membungkus kue untuk dijual, kepanasan didalam rumah dan memutuskan untuk bekerja diteras rumah aja. Lagi asik membungkus, tiba2 ada angin berhembus yang dingin banget. Celingak celinguklah Ibu Gita, tapi dia gak menemukan apapun. Dan gak sengaja, Ibu Gita ngeliat kearah atas langit depan rumahnya.
” Wah awan hitam, mau hujan kah? ”
Tapi Ibu Gita yang memang kepanasan berusaha cepat melanjutkan pekejaannya, takut keburu hujan. Tapi entah kenapa, Ibu Gita merasa ada yang manggil2 dari arah atas depan rumahnya tadi. Dia perhatiin, kok awannya gak pindah2 ya? Diperhatiin dari sudut pandang yang berbeda, tuh awan hitam ngikut aja-..-
Sampe akhirnya selesai membungkus kue, Ibu Gita yang masih aja merasa ‘terpanggil’ dari atas depan rumahnya, mencoba untuk melihat lagi. Dan Ibu Gita kageeeeeettt bener2 kagett karna kabut hitam yang daritadi ia pikir awan, ternyata bayangan sosok Genderuwo yang lagi melayang2. Dia baru sadar karna dia baru lihat matanya yang merah itu. Jadi daritadi Ibu Gita ditemenin sama Genderuwo, gapapalah ya lumayan=)) Kasian juga Genderuwonya, secara gak sadar dikacangin==”
Sekian teman2! haha. Comment teman2 yang membangun masih sangat dibutuhkan untuk newbie yang oenjoeh ini~ hihi terimakasihh
Cerita Saat Bekerja Dulu
Hai sahabat ini merupakan tulisan ku yang kedua. Kisah ini merupakan pengalaman teman – teman saya, baiklah langsung saja kita simak.
#1. Sebut saja teman saya namanya Ipul dan Haris, mereka berdua ini merupakan karyawan yang bekerja pada shift malam di sebuah areal pertambangan tugas mereka adalah memonitoring unit – unit yang berlalu – lalang di depan pos mereka. Nah, pos mereka ini hanyalah pos kecil yang bisa di tarik dan di pindah – pindahkan dimana ada proyek yang sedang di garap, malam itu mereka bertugas di atas bukit yang akan diratakan untuk di keruk, malam itu memang mereka bekerja seperti biasanya sambil terus sibuk mencatat untuk laporan pekerjaan mereka. Si Haris ini mau tidur duluan mereka gantian tidur, ketika Haris ini sedang rebahan, Haris ini rebahan di lantai, di bawah jendela kaca dia kayak melihat seperti siluet seseorang yang seperti sedang mengamati mereka dari kaca jendela pos dengan tangan yang di tempelkan kewajah dan kaca, sontak Haris ini ketakutan dan segera menyambar radio untuk memberitahu kepada pengawasnya, ” Pak tolongin kami pak.”seru Haris dari radio, si pengawas pun merespon,”kenapa?” “ini Pak kami lagi di liatin ama hantu.”kata Haris panik, si pengawas ini gak percaya dan bilang kalau mereka cuma ngayal doang, siapa tahu kalo yang ngintip itu operator unit yang pengen liat aja kerjaan mereka. Haris ini merasa gak ada orang selain mereka, kenapa aja kal itu orang beneran pakai ngintip – ngintip segela, (percakapan mereka di radio ini di dengar oleh teman – teman saya yang lain yang berada di atas unit masing – masing) tau – taunya mereka merasa pos itu bergoncang – goncang seperti ada yang menggoncang mereka, mereka ber dua semakin panik dan meminta agar segera di jemput oleh mobil sarana, mereka berteriak”tolong, tolong ada hantu yang mengguncang pos kami.” sembari memohon untuk segera di jemput, karena tidak tahan dengan goncangan yang semakin keras akhirnya mereka berdua berlari tunggang langgang kearah jalan dan menunggu sarana yang menjemput mereka. cerita ini di ceritaain sendiri oleh si Haris pada saya.
#2 yang kedua ini tidak kalah serem, mereka cerita pos mereka itu tidak jauh dari sebuah pohon yang sudah mati, anehnya semua pohon yang lain udah rata dengan tanah tapi itu pohon masih berdiri dengan kokohnya, memang waktu saya ikut survey kerjaan yang kebetulan melewati area itu saya melihat pohon itu masih berdiri dan hanya satu – satunya pohon yang ada di situ) Ipul waktu itu pengen kencing di belakang pos, nah selagi Ipul ini buka zipper celananya dia melihat sehelai kain putih menyangkut di dahan pohon itu, tapi lama kelamaan kok kain itu terbang ketiup angin mendekati Ipul yang sedang terpana, sontak Ipul ini langsung mennyuruh Haris untuk segera keluar dari pos, Ipul langsung mengajak Haris berlari menjahui Pos itu dan berlari ketakutan sehingga tanggul yang tinggi pun mereka lewati karena saking ketakutan, Ipul aja gak jadi kencing dan lupa nutup zipper celananya, wkwkwkwkw.
#3.Ini merupakan cerita dari rekan suami saya, sebut saja di Entong. si Entong ini juga seorang supir truk batu bara , setelah mengambil muatan dia bermaksud istirahat di daerah Parking Bay tempat para supir truk istirahat bersama unitnya, kejadiaan ini senja pada saat magrib klo gak salah, jalan batu bara ini memang banyak kiri kanannya hutan namun tidak jarang mellewati perkampungan. Si Entong ini rencananya mau ngopi dulu santai – santai, tadi kopi itu dia buat di halte kerja dan di simpan dalam termos kecilnya, nah pas si entong ini mau ngopi , dia nuang kopi ini ketutup termos dan bermaksud untuk meminumnya kopinya itu selalu tumpah, tumpah kebaju dan lantai truknya, kejadian kopi tumpah ini berkali – kali dialaminya sampai Entong ini kesal dan gak jadi ngopi trus ngudupin lagi truknya, pas Entong melanjutkan perjalanannya otomatis dia nyalain radio rignya dan di situ orang pada udah ribut, Entong tanya kenapa pada heboh sih? tus temennya bilang gini dari radio:”Kamu kok gak nyahut – nyahut sih? kamu tau gak pas kamu lagi singgah tadi?” “Emangnya kenapa?” “Ada cewek di luar truk mu, dia berdiri persis di bawah pintu truk mu.” Si Entong ini diam, kok bisa ada cewek di luar truknya mau minta tumpangan yang jelas – jelas masyarakat gak boleh numpang truk batu bara, pantas aja truk yang berlawanna arah itu ngedim ke truk dia mau ngasih tau bahwa ada cwek yang berdiri aja diluar, ternyata cewek itu adalah mahluk lain, dan areal parking bay itu memang angker karena tidak jauh dari situ ada kuburan keramatnya.
Sekian cerita saya, benar tidaknya hanya Tuhan yang tau, maaf ya kalau cerita saya ini kurang seram atau tidak berkenan untuk sehabat.
Sumber
#1. Sebut saja teman saya namanya Ipul dan Haris, mereka berdua ini merupakan karyawan yang bekerja pada shift malam di sebuah areal pertambangan tugas mereka adalah memonitoring unit – unit yang berlalu – lalang di depan pos mereka. Nah, pos mereka ini hanyalah pos kecil yang bisa di tarik dan di pindah – pindahkan dimana ada proyek yang sedang di garap, malam itu mereka bertugas di atas bukit yang akan diratakan untuk di keruk, malam itu memang mereka bekerja seperti biasanya sambil terus sibuk mencatat untuk laporan pekerjaan mereka. Si Haris ini mau tidur duluan mereka gantian tidur, ketika Haris ini sedang rebahan, Haris ini rebahan di lantai, di bawah jendela kaca dia kayak melihat seperti siluet seseorang yang seperti sedang mengamati mereka dari kaca jendela pos dengan tangan yang di tempelkan kewajah dan kaca, sontak Haris ini ketakutan dan segera menyambar radio untuk memberitahu kepada pengawasnya, ” Pak tolongin kami pak.”seru Haris dari radio, si pengawas pun merespon,”kenapa?” “ini Pak kami lagi di liatin ama hantu.”kata Haris panik, si pengawas ini gak percaya dan bilang kalau mereka cuma ngayal doang, siapa tahu kalo yang ngintip itu operator unit yang pengen liat aja kerjaan mereka. Haris ini merasa gak ada orang selain mereka, kenapa aja kal itu orang beneran pakai ngintip – ngintip segela, (percakapan mereka di radio ini di dengar oleh teman – teman saya yang lain yang berada di atas unit masing – masing) tau – taunya mereka merasa pos itu bergoncang – goncang seperti ada yang menggoncang mereka, mereka ber dua semakin panik dan meminta agar segera di jemput oleh mobil sarana, mereka berteriak”tolong, tolong ada hantu yang mengguncang pos kami.” sembari memohon untuk segera di jemput, karena tidak tahan dengan goncangan yang semakin keras akhirnya mereka berdua berlari tunggang langgang kearah jalan dan menunggu sarana yang menjemput mereka. cerita ini di ceritaain sendiri oleh si Haris pada saya.
#2 yang kedua ini tidak kalah serem, mereka cerita pos mereka itu tidak jauh dari sebuah pohon yang sudah mati, anehnya semua pohon yang lain udah rata dengan tanah tapi itu pohon masih berdiri dengan kokohnya, memang waktu saya ikut survey kerjaan yang kebetulan melewati area itu saya melihat pohon itu masih berdiri dan hanya satu – satunya pohon yang ada di situ) Ipul waktu itu pengen kencing di belakang pos, nah selagi Ipul ini buka zipper celananya dia melihat sehelai kain putih menyangkut di dahan pohon itu, tapi lama kelamaan kok kain itu terbang ketiup angin mendekati Ipul yang sedang terpana, sontak Ipul ini langsung mennyuruh Haris untuk segera keluar dari pos, Ipul langsung mengajak Haris berlari menjahui Pos itu dan berlari ketakutan sehingga tanggul yang tinggi pun mereka lewati karena saking ketakutan, Ipul aja gak jadi kencing dan lupa nutup zipper celananya, wkwkwkwkw.
#3.Ini merupakan cerita dari rekan suami saya, sebut saja di Entong. si Entong ini juga seorang supir truk batu bara , setelah mengambil muatan dia bermaksud istirahat di daerah Parking Bay tempat para supir truk istirahat bersama unitnya, kejadiaan ini senja pada saat magrib klo gak salah, jalan batu bara ini memang banyak kiri kanannya hutan namun tidak jarang mellewati perkampungan. Si Entong ini rencananya mau ngopi dulu santai – santai, tadi kopi itu dia buat di halte kerja dan di simpan dalam termos kecilnya, nah pas si entong ini mau ngopi , dia nuang kopi ini ketutup termos dan bermaksud untuk meminumnya kopinya itu selalu tumpah, tumpah kebaju dan lantai truknya, kejadian kopi tumpah ini berkali – kali dialaminya sampai Entong ini kesal dan gak jadi ngopi trus ngudupin lagi truknya, pas Entong melanjutkan perjalanannya otomatis dia nyalain radio rignya dan di situ orang pada udah ribut, Entong tanya kenapa pada heboh sih? tus temennya bilang gini dari radio:”Kamu kok gak nyahut – nyahut sih? kamu tau gak pas kamu lagi singgah tadi?” “Emangnya kenapa?” “Ada cewek di luar truk mu, dia berdiri persis di bawah pintu truk mu.” Si Entong ini diam, kok bisa ada cewek di luar truknya mau minta tumpangan yang jelas – jelas masyarakat gak boleh numpang truk batu bara, pantas aja truk yang berlawanna arah itu ngedim ke truk dia mau ngasih tau bahwa ada cwek yang berdiri aja diluar, ternyata cewek itu adalah mahluk lain, dan areal parking bay itu memang angker karena tidak jauh dari situ ada kuburan keramatnya.
Sekian cerita saya, benar tidaknya hanya Tuhan yang tau, maaf ya kalau cerita saya ini kurang seram atau tidak berkenan untuk sehabat.
Sumber
MACAM MACAM NERAKA
Neraka
Sobat Creation - Neraka yang di dalam bahasa Alqur-annya "AN NAAR" ialah suatu tempat di dalam akherat yang ujudnya berupa api yang bergejolak dan menyala-nyala yang di sediakan dan di ancamkan oleh Allah sebagai balasan bagi orang musyrik, orang-orang munafiq, orang-orang yg meninggalkan perintah-perintah Allah dan tidak berbakti kepada-Nya.
Macam-macam neraka :
1.Neraka Jahannam : Disediakan bagi orang orang mukmin yang berbuat dosa.
2.Neraka Jahiim : Disediakan bagi orang-orang yang menyembah berhala
3.Neraka Hawiyah : Disediakan bagi orang orang yang munafiq
4.Neraka Wail : Disediakan bagi orang orang yang berlaku curang
5.Neraka Sya'ir : Disediakan bagi orang orang shabin
6.Neraka Ladha : Disediakan bagi orang-orang Yahudi
7.Neraka Saqar : Disediakan bagi orang orang Majusi
8.Neraka Huthomah : Disediakan bagi orang-orang Nashrani
Terima Kasih
Semoga Artikel ini dapat bermanfaat bagi kalian semua...
"Sidik Jari Tersusun Kembali Pada Hari Dibangkitkan Manusia"
pbm4u.blogspot.com-Setiap orang, termasuk kembar identik , memiliki sidik jari yang unik . Dengan kata lain , identitas orang dikodekan di ujung jari mereka . Sistem pengkodean juga dapat dibandingkan dengan sistem barcode yang digunakan saat ini .
Sidik jari mencapai bentuk akhir mereka sebelum kelahiran dan tetap sama untuk seumur hidup kecuali bekas luka yang permanen muncul.
Itulah mengapa sidik jari diterima sebagai bukti identitas yang sangat penting bagi pemiliknya .
Ilmu sidik jari telah digunakan sebagai metode penentuan identitas
Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangnya Mengapa tidak , Kami mampu untuk mengembalikan jarinya dengan sempurna { Surah Al - Qiyamah (75): Ayat 3-4 }
Pada Tahun 858 , Ilmuwan Inggris, William Herschel , menunjukkan bahwa sidik jari berbeda setiap manusia, sehingga membuat mereka sebagai bukti ciri khas untuk setiap orang .
• Dokter melakukan studi anatomi lebar pada sejumlah besar orang dari kebangsaan yang berbeda dan usia , dan mereka dihadapkan dengan fakta ilmiah yang membuat mereka menundukkan kepala mereka , dan dalam pengajuan mereka bersaksi bahwa tidak ada seorang pun mampu membuat serupa semua sidik jari dari hamburan seluruh alam semesta, tidak bahkan di antara dua orang sekalipun. Allahu Akbar....
Sidik jari mencapai bentuk akhir mereka sebelum kelahiran dan tetap sama untuk seumur hidup kecuali bekas luka yang permanen muncul.
Itulah mengapa sidik jari diterima sebagai bukti identitas yang sangat penting bagi pemiliknya .
Ilmu sidik jari telah digunakan sebagai metode penentuan identitas
Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangnya Mengapa tidak , Kami mampu untuk mengembalikan jarinya dengan sempurna { Surah Al - Qiyamah (75): Ayat 3-4 }
Pada Tahun 858 , Ilmuwan Inggris, William Herschel , menunjukkan bahwa sidik jari berbeda setiap manusia, sehingga membuat mereka sebagai bukti ciri khas untuk setiap orang .
• Dokter melakukan studi anatomi lebar pada sejumlah besar orang dari kebangsaan yang berbeda dan usia , dan mereka dihadapkan dengan fakta ilmiah yang membuat mereka menundukkan kepala mereka , dan dalam pengajuan mereka bersaksi bahwa tidak ada seorang pun mampu membuat serupa semua sidik jari dari hamburan seluruh alam semesta, tidak bahkan di antara dua orang sekalipun. Allahu Akbar....
DITIUPNYA SANGKAKALA
pbm4u.blogspot.com-Ketika Allah telah usai menciptakan langit dan bumi, Ia menciptakan sangkakala. Lalu sangkakala diserahkan kepada Malaikat Israfil dan ia meletakkan di mulutnya sambil matanya memandang ke arah ’Arsy, Malaikat Israfil menunggu perintah untuk meniupnya.
Sangkakala itu adalah tanduk besar yang kelak akan ditiupkan kepadanya tiga tiupan, yaitu:
Tiupan pertama disebut tiupan faza’, yaitu agak makhluk di langit dan dibumi terkejut dan mati kecuali yang Allah kehendaki.
Tiupan kedua adalah tiupan sha’q, yaitu berubahnya alam yang kita saksikan ini. Tiupan ke dua menjadi akhir kehidupan dunia.
Tiupan ketiga adalah tiupan al-ba’ts wa an-nusyur, yaitu tiupan untuk membangkitkan dan mengumpulkan semua yang mati dihadapan Rabb semesta alam.
Manusia akan keluar dari bumi seakan-akan mereka belalang yang beterbangan sambil menundukkan pandangan. Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu, yaitu Malaikat Israfil. Mereka tidak tahu kemana mereka akan menuju, sehingga mereka diibaratkan dengan belalang
Pada hari itu mereka semua akan terdiam dan takut.
Pada hari itu catatan amal manusia akan disebarkan. Semua yang disembunyikan dan ditutup-tutupi akan ditampakkan. Semua yang disimpan dalam hati akan disingkapkan.
Orang-orang akan sibuk dengan urusan masing-masing hingga tidak akan ada yang sempat memperhatikan aurat orang lain meskipun mereka semua telanjang dan belum berkhitan. Hari itu adalah hari yang sangat mencekam.
Allah ta’ala akan mengajak bicara semua hamba-Nya tanpa penerjemah. Orang-orang akan dipanggil dengan namanya dan nama bapaknya.
(Al Wajiz fi al Aqidah)
Allah ta’ala berfirman:
وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا (٤٨)
”Dan mereka akan dibawa ke hadapan Rabbmu dengan berbais. Sesungguhnya kalian datang kepada Kami, sebagaimana kami menciptakan kalia pada kali yang pertama; akan tetapi kalian mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian.” (Qs. Al Kahfi: 38)
Sangkakala itu adalah tanduk besar yang kelak akan ditiupkan kepadanya tiga tiupan, yaitu:
Tiupan pertama disebut tiupan faza’, yaitu agak makhluk di langit dan dibumi terkejut dan mati kecuali yang Allah kehendaki.
Tiupan kedua adalah tiupan sha’q, yaitu berubahnya alam yang kita saksikan ini. Tiupan ke dua menjadi akhir kehidupan dunia.
Tiupan ketiga adalah tiupan al-ba’ts wa an-nusyur, yaitu tiupan untuk membangkitkan dan mengumpulkan semua yang mati dihadapan Rabb semesta alam.
Manusia akan keluar dari bumi seakan-akan mereka belalang yang beterbangan sambil menundukkan pandangan. Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu, yaitu Malaikat Israfil. Mereka tidak tahu kemana mereka akan menuju, sehingga mereka diibaratkan dengan belalang
Pada hari itu mereka semua akan terdiam dan takut.
Pada hari itu catatan amal manusia akan disebarkan. Semua yang disembunyikan dan ditutup-tutupi akan ditampakkan. Semua yang disimpan dalam hati akan disingkapkan.
Orang-orang akan sibuk dengan urusan masing-masing hingga tidak akan ada yang sempat memperhatikan aurat orang lain meskipun mereka semua telanjang dan belum berkhitan. Hari itu adalah hari yang sangat mencekam.
Allah ta’ala akan mengajak bicara semua hamba-Nya tanpa penerjemah. Orang-orang akan dipanggil dengan namanya dan nama bapaknya.
(Al Wajiz fi al Aqidah)
Allah ta’ala berfirman:
وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا (٤٨)
”Dan mereka akan dibawa ke hadapan Rabbmu dengan berbais. Sesungguhnya kalian datang kepada Kami, sebagaimana kami menciptakan kalia pada kali yang pertama; akan tetapi kalian mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian.” (Qs. Al Kahfi: 38)
TERJEBAK DI DUNIA LAIN KETIKA BEKERJA DI HUTAN
TERJEBAK DI DUNIA LAIN KETIKA BEKERJA DI HUTAN
Berikut Kisah Seramnya.....
Bagaimana bisa seorang yang menyetubuhi jin lalu memiliki keturunan? Kisah berikut merupakan kesaksian dari salah seorang yang pernah bekerja di sebuah perusahaan penebangan kayu. Saat bertugas dia terjebak ke dunia lain milik para jin….
Adelin Lis, Direktur Keuangan PT Keang Nam Deveploment Indonesia (KNDI), adalah salah seorang sosok yang kontroversial dalam kacamata hokum pidana. Setelah Jaksa menuntutnya sepuluh tahun kurungan, ternyata dibebaskan tanpa syarat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negara Medan. Ini suatu perkara yang dianggap sangat menyakitkan nurani keadilan, mengingat kasus korupsi Adelin Lis dengan nilai yang sangat besar.
Tulisan berikut ini memang bukanlah kisah tentang Adelin Lis. Tetapi aku pernah bekerja di perusahaan miliknya. Hampir tiga tahun aku menjadi karyawan pada PT KNDI, yakni sebuah perusahaan pengolahan kayu berskala besar yang cukup bonafid di daerah Mandailing Natal (Madina), Sumut.
Kalau Adelin Lis, orang yang misterius dalam bidang penegakan hukum, sementara aku sendiri mengalami kejadian misterius ketika bekerja di perusahaan tersebut.
Pertama kali masuk kerja, aku ditempatkan diunit Tely, yakni melakukan tugas mencatat dan mengadakan kelompok-kelompok kayu yang sudah diolah menjadi bahan bangunan ke dalam masing-masing jenis dan tipe serta ukuran yang sama.
Jumlah karyawan kurang lebih 500 orang. Mereka punya tugas di bidang masing-masing. Meskipun demikian, di antara mereka ada yang punya tugas rangkap. Dan aku sendiri sering ditugaskan rangkap pula terutama kalau ada karyawan yang berhalangan karena sakit.
Tugas yang kurasa cukup berat dan punya resiko tinggi adalah kalau diperintahkan mengadakan survey di lapangan guna meneliti pohon-pohon kayu di areal hutan yang sesuai dengan HPH dari Menteri Kehutanan. Menandai pohon yang akan ditebang di tengah hutan belantara yang masih perawan.
Hari itu, dengan ditemani oleh rekan seprofesi yang akrab kupanggil Bang Ucok Regar, aku ditugaskan melakukan penelitian ke sebuah areal hutan. Tanpa bisa menolak, Bang Ucok berangkat duluan ke sana. Aku sendiri janji akan menyusul sejam kemudian. Soalnya, masih ada urusan yang akan kukerjakan di lokasi pabrik.
Setelah urusan tersebut selesai, dengan mengendarai sepeda motor perusahaan, aku segera menyusul rekanku itu. Lokasi hutan yang akan kutuju sekitar 75 km dari pabrik. Tepatnya berbatasan dengan sebuah desa bernama Umang-Umang. Desa itu pernah kukunjungi dengan tugas yang sama. Jalan kesana merupakan jalan darurat yang dirintis oleh pihak perusahaan. Dari desa terpencil tersebut, kayu tebangan diangkut menggunakan truk khusus atau lengging.
Hari itu, cuaca cerah dan cukup panas. Dengan kecepatan sedang, kupacu sepeda motor menyusul Bang Ucok. Mendekati sebuah tikungan, tiba-tiba mesin mati dan sepeda motor berhenti tepat di bawah sebatang pohon yang berdaun rindang. Segera kuperiksa apa penyebabnya.
Hampir setengah jam aku mengutak-atik mesin, namun tidak kutemukan juga. Mesin sepeda motor tetap saja tak mau dihidupkan.
“Dasar sepeda motor sialan!” Makiku dalam hati sambil kemudian duduk istirahat di bawah pohon rindang itu.
Aku mulai berpikir untuk mengadakan kontak dengan pihak manajemen atasanku, ketika dihadapanku melintas seorang pria tua mengenakan pakaian agak aneh. Tampangnya terlihat sangat kumuh seperti gelandangan.
“Cucu mau kemana?” Sapanya sambil berhenti melangkah. Dia menatapku.
“Ke desa Umang-Umang, Kek!” Sahutku sambil bangkit berdiri.
“Lalu kenapa berhenti di sini?”
“Mesin motorku ngadat, Kek!” Jawabku sambil mendekati sepeda motor.
“Apanya yang rusak?” Si kakek datang mendekat. Dia bahkan turut jongkok di dekatku.
“Entah apa yang membuatnya mogok. Saya sudah menelitinya, tapi saya tidak bisa menemukan kerusakan mesin motor ini.”
“Coba kulihat!” Si kakek bergeser ke depan sambil menyentuh busi dengan ujung telunjuk jarinya.
Sekejap aku terkejut, sebab ujung jari si kaki yang ringkih itu seperti memancarkan sinar kebiru-biruan. Anehnya, dalam hitungan detik, mesin hidup tanpa distater sama sekali.
Belum habis rasa heranku, terdengar si Kakek berkata, “Kalau cucu ingin ke desa Umang-Umang, kakek ingin menumpang. Apakah boleh, Cu?”
“Tentu saja aku tak keberatan, apalagi Kakek telah membantu menghidupkan mesin sepeda motorku,” jawabku sambil berusaha menekan perasaan heran dan aneh di dalam dadaku.
Ringkas cerita, pria tua itu kusilhakan duduk di jok belakang. Mungkin karena tubuhnya yang kurus, maka sepertinya aku tidak merasa membawa beban di boncengan belakang. Begitu lewat tikungan di depan, di sebelah kiri jalan nampak pohon yang lumayan tinggi dan akar-akarnya ada yang menyembul kepermukaan, bahkan melingkar-;ingkar merangkul batang pohon itu sendiri. Begitu melintas di depan pohon ini, tiba-tiba mesin sepeda motor mati lagi. Anehnya, sepeda motor membelok sendiri menuju ke arah pohon tanpa dapat kukendalikan. Tubuhku terdorong ke depan lalu membentur pohon raksasa tersebut. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi.
Apa yang terjadi kemudian? Setelah siuman, sepertinya aku sedang berada di sebuah kawasan perkotaan dan tubuhku terbaring di tempat tidur dalam ruangan yang lumayan besar digedung yang megah dan indah. Waktu itu, laiknya aku sedang bermimpi. Tapi kali ini bukan mimpi, karena ketika kucubit terasa sakit di kulitku.
“Aneh, di mana aku sekarang? Mengapa aku bisa berada di tempat ini?” Tanyaku dalam hati. Mendadak aku ingin bangkit dari tidur. Namun, pada saat bersamaan, aura mistis mulai kurasakan. Hal inilah menyebabkan bulu kuduk meremang, sebagai isyarat bahwa aku saat itu berada dan terjebak di dunia lain. Mungkin dihuni oleh makhluk gaib yang sulit ditebak.
Aku masih dalam kondisi kebingungan ketika muncul di hadapanku sesosok makhluk berwujud manusia. Dia mengenakan pakaian mirip serdadu kerajaan tempo dulu dan ditangan kanannya memegang sebatang tombak yang ujungnya bercabang tiga. Dengan menggunakan bahasa isyarat, laki-laki berwajah sangar dan menakutkan ini, meminta agar aku segera mengikutinya.
Aku tak bisa membantah ajakannya, sebab kesadaranku memang sepertinya kembali terhipnotis. Akhirnya, aku berjalan beriringan dengan lelaki penjemputku. Dia membawaku masuk ke ruangan lain yang bersebelahan dengan ruang tempatku terbaring tadi. Ruangan ini lebih megah dan lebih menakjubkan lagi. Perabotannya serba antic, seperti koleksi berabad-abad yang lalu. Kursi-kursinya penuh ukiran klasik, berpasangan dengan meja batu giok beralaskan lantai marmer mengkilat, berwarna-warni.
Di sepanjang ruangan, tergantung aneka lampu kristal yang memancarkan sinar beragam aneka warna. Bersamaan dengan itu, aroma wewangian sering hinggap di hidungku. Harum sekali.
Aku masih tertegun dan terpana, berdiri mematung, ketika ruangan yang super megah tersebut dipenuhi oleh perempuan ayu dan cantik. Perangai dan perilakunya sangat kontras dengan fenomena keindahan serta kesakralan suasana di sana. Pakaian mereka sangat merangsang, nyaris telanjang. Binal dan genit ketika berpelukan dengan teman laki-lakinya.
Keberadaanku di tempat itu seperti tidak diketahui mereka. Bahkan, laki-laki seradu yang tadi menjemputku tidak kulihat batang hidungnya. Dan aku hanya melongo saja berdiri mematung. Menyaksikan seks bebas yang berlangsung di hadapan mata. Persis seperti nonton film blue.
Belum habis rasa heran dan bingungku, di hadapanku telah berdiri seorang perempuan agak tua, bertubuh gendut dengan rias wajah yang sangat mencolok. Di sebelahnya turut pula berdiri seorang perempuan muda yang cantik dan ayu.
Cukup lama perempuan gendut ini menatap wajahku. Seperti ingin menaksir wajah dan penampilanku saja. Dengan bahasa isyarat, dia ingin tahu siapa namaku. Lalu aku jawab pula dengan bahasa isyarat.
Entah mengerti atau tidak, dia kemudian bertanya, “Anak muda, mengapa kau sampai berada di tempat hunian kami ini?”
Laiknya orang tunarungu, aku menjelaskan dengan bahsa isyarat bahwa aku tak sengaja berada di tempat mereka. Alasannya, karena sepeda motorku menabrak sebatang pohon di pinggir jalan. Dan kuungkapkan juga, bahwa sepeda motorku mogok. Lalu dibantu oleh seorang kakek, dan bersama pria tua itu menuju desa Umang-Umang.
Nampaknya si nenek paham, dan mengatakan, pria tua itu adalah ayahnya yang ingin mencari suami untuk cucuknya. Dan dia menunjuk perempuan di sebelahnya sebagai cucu si kakek.
Komunikasi menggunakan bahasa isyarat berlangsung dengan lancar tanpa menemui kendala yang berarti. Aneh, memang! Saat itu, aku juga sempat memastikan bahwa mereka berasal dari komunitas makhluk dari dunia lain, yang tidak bisa bicara. Kalaupun mereka berbicara, maka aku tidak akan mengerti dan memahaminya.
Ketika perempuan gendut mengisyaratkan bahwa pria tua yang menolongku menghidupkan mesin motorku itu adalah kakeknya, maka aku mulai curiga. Entah apa yang akan mereka lakukan terhadao diriku.
“Apakah kau bersedia kukawinkan dengan putri tunggalku ini?” Tanya perempuan gendut itu dalam bahasa isyarat yang mendadak saja bisa kumengerti dan kupahami.
Secepatnya aku memberi isyarat bahwa aku telah punya isteri. Bahkan, aku juga memberi isyarat bahwa sangat mustahil makhluk Tuhan berbeda alam untuk menyatu dalam sebuah perkawinan.
“Siapa bilang?” Tanya si perempuan gendut. Kali ini bukan lagi dengan bahasa isyarat, melainkan dengan kata-kata dalam bahasa Melayu.
Hal ini membuatku terperangah. Ternyata dia mampu berbicara dengan bahasa Melayu, dengan logat dan gaya Mandailing Klasik.
Aku makin terheran-heran ketika dia mengatakan bahwa perkawinan makhluk dari kalangan jin dan manusia sudah sering terjadi sejak era kenabian tempo dulu. Dia mengambil contoh dengan peristiwa Nabi Sulaiman yang menikahi Ratu Balqis, yang dipercaya berasal dari komunitas bangsa jin.
Aku bingung, karena aku tak tahu persis apakah Ratu Balgis memang berasal dari bangsa jin. Entahlah apakah perempuan gendut ini hanya mengarang-ngarang untuk meyakinkan diriku, bahwa perkainan manusia dengan jin bukan mustahil adanya.
“Kami memang dari bangsa jin yang tidak alim!” Ungkap perempuan gendut itu. “Asal kau tahu saja…kami memang selalu mengadakan perkawinan silang dengan manusia. Hal ini guna memperoleh keturunan yang lebih bermutu dan berkwalitas. Karena kami dari bangsa jin di kawasan ini ingin mensejajarkan diri dengan makhluk manusia yang kami anggap lebih tinggi derajatnya dari bangsa jin,” tambahnya menjelaskan dengan panjang lebar.
Cukup lama aku termenung dan tertegun. Aku menjadi sangat bodoh, sebab tak mampu berkomentar. Aku hanya bisa manggut-manggut, seolah-olah memahami apa yang dijelaskannya barusan.
“Bagaimana? Apakah kamu bersedia membantu kami?” Perempuan itu menatapku dalam-dalam.
“Gimana ya…?” Aku masih bingung. “Soalnya, tadi telah saya katakan, bahwa saya telah berumah tangga,” kataku menjelaskan sejujurnya.
“Itu tidak bisa dijadikan dalih. Karena di bumi, manusia banyak yang punya isteri lebih dari satu!” Kata si perempuan gendut sambil nyengir sinis.
Aku terbungkam. Ternyata dia cukup banyak mengetahui tentang ulah manusia selama ini. Tapi, aku sungguh tak sudi menikah dengan makhluk halis, meski putrid si gendut itu sangatlah cantik jelita.
Karena aku masih tetap menolak tawarannya, akhirnya aku diamankan di sebuah ruangan khusus dalam kondisi tertutup dan terkunci. Di dalam ruangan itu fasilitasnya sangat lengkap sekali, sehingga aku merasa berada dalam tahanan rumah. Namun, sewaktu berada kesendirian, aku mulai teringat isteriku di rumah yang kutitipkan pada ibu di Medan.
Aku masih coba membayangkan wajah Rini, isteriku, ketika pintu terbuka dan wajah perempuan cantik dan ayu yang tadi menemani perempuan gendut itu muncul sambil mengulum senyum. Gadis yang katanya cucu dari pria tua yang menolongku tersebut berjalan dengan langkah terukur bagai seorang pragawati. Dia datang menghampiriku yang sedang duduk dibibir tempat tidur. Kini dia mengenakan gaun terusan yang agak tipis tanpa BH dan celana dalam, sehingga apa yang berada dibaliknya menjadi terlihat sekali. Lekuk-lekuk tubuh yang sensual dan padat, serta bukit kembar di dadanya nampak jelas menonjol.
Sejenak ruangan kamar dengan aroma semerbak wewangian itu berubah sangat sunyi. Begitu sunyinya sehingga suara helaan nafasku yang tergetar oleh keindahan wanita di hadapnku seaakan-akan terdengar gemanya. Aku tidak ingin dikatakan munafik. Aaat itu gairah birahiku melonjak tajam. Disamping melihat ada perempuan cantik sekamar denganku, ini juga karena aku sudah cukup lama bekerja di tengah hutan belantara jauh dari godaan seks terhadap wanita cantik. Apalagi perempuan muda di hadapanku kini mulai melucuti pakaiannya, sehingga tubuhnya bugil tanpa sehelai benangpun.
Singkat cerita, saat itu aku tak mampu membendung gejolak libidoku. Dan apa yang terjadi selanjutnya, tak perlu kuceritakan secara rinci. Aku seperti anjing kelaparan yang begitu bergairah menikmati mangsanya. Bahkan, hubungan terlarang tersebut terjadi berulang kali, hingga aku pingsan alias tak sadarkan diri. Mungkin akibat kecapekan atau karena pengaruh lainnya.
Begitu siuman, aku merasa malu dalam keadaan tubuhku yang telanjang, sebab di dihadapanku ada beberapa orang pria. Mereka adalah pekerja yang melintas di tempat itu, mengangkut kayu gelondongan dengan truk. Katanya, aku ditemui dipinggir jalan di bawah pohon beringin. Ketika itu aku terkapar di sana dalam keadaan setengah sadar.
Tidak jauh dari situ, mereka juga menemukan sepeda motorku dalam kondisi berantakan. Karena itulah, untuk sementara aku dinyatakan mengalami kecelakaan, menabrak pohon di pinggir jalan. Namun satu hal yang membuat mereka bingung, kenapa aku bisa terbaring dalam keadaan telanjang bulat.
Rupanya, aku telah dikerjai oleh penunggu pohon beringin tua yang dipercayai sangat angker itu. Menurut cerita, kejadian serupa seperti yang kualami pernah juga dialami oleh para pekerja penebangan pohon di tempat itu. Bahkan, suatu ketika ada yang tewas meregang nyawa dalam kondisi alat vital membengkak seukuran biji kelapa.
Karena merasa trauma atas kejadian serupa, maka akhirnya aku memutuskan untuk hengkang dari perusahaan tersebut. Aku memilih kembali ke kota Medan, dan ingin mencari pekerjaan yang lebih laik.
Setelah peristiwa itu, aku juga mengalami suatu keanehan. Cukup lama aku tak mampu memberi nafkah batin ke isteriku. Lebih aneh lagi, kurang sembilan bulan kemudian,. aku dan isteriku sering mendengar tangisan bayi dekat tempat tidur kami. Kami sibuk mencarinya hingga ke bawah kolong ranjang ranjang.
Menduga rumah itu telah dihuni oleh setan, aku memutuskan cari kontrakan lain. Di tempat yang baru, tangisan bayi itu masih terdengar. Artinya dia terus mengikuti kemana aku pindah.
Karena keanehan ini, akhirnya mempertanyakannya kepada Pak Suparlan, orang pintar di lingkungan tempat tinggalku.
“Itu darah dagingmu…!” Jawab Pak Suparlan yang menguasai ilmu gaib.
Tentu saja aku bingung dan heran. Apa mungkin persetubuhan gaibku dengan sosok perempuan jin bisa membuat kehamilan? Untuk menjaga ketenangan dalam rumah tangga, aku minta pada sang paranormal agar memberikan solusi menghilangkan suara tangisan bayi tersebut, sehingga tidak terdengar lari.
“Kalau sekedar meredam suara tangisnya mungkin bisa, tapi kalau untuk mengusirnya tidak mungkin. Karena dia adalah darah dagingmu yang akan terus membayangi langkahmu kapan dan di mana saja.” Ungkap Pak Suparlan.
Aku semakin tak mengerti. Tapi kuserahkan semua ini hanya kepada Allah SWT.
Selesai...
Berikut Kisah Seramnya.....
Bagaimana bisa seorang yang menyetubuhi jin lalu memiliki keturunan? Kisah berikut merupakan kesaksian dari salah seorang yang pernah bekerja di sebuah perusahaan penebangan kayu. Saat bertugas dia terjebak ke dunia lain milik para jin….
Adelin Lis, Direktur Keuangan PT Keang Nam Deveploment Indonesia (KNDI), adalah salah seorang sosok yang kontroversial dalam kacamata hokum pidana. Setelah Jaksa menuntutnya sepuluh tahun kurungan, ternyata dibebaskan tanpa syarat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negara Medan. Ini suatu perkara yang dianggap sangat menyakitkan nurani keadilan, mengingat kasus korupsi Adelin Lis dengan nilai yang sangat besar.
Tulisan berikut ini memang bukanlah kisah tentang Adelin Lis. Tetapi aku pernah bekerja di perusahaan miliknya. Hampir tiga tahun aku menjadi karyawan pada PT KNDI, yakni sebuah perusahaan pengolahan kayu berskala besar yang cukup bonafid di daerah Mandailing Natal (Madina), Sumut.
Kalau Adelin Lis, orang yang misterius dalam bidang penegakan hukum, sementara aku sendiri mengalami kejadian misterius ketika bekerja di perusahaan tersebut.
Pertama kali masuk kerja, aku ditempatkan diunit Tely, yakni melakukan tugas mencatat dan mengadakan kelompok-kelompok kayu yang sudah diolah menjadi bahan bangunan ke dalam masing-masing jenis dan tipe serta ukuran yang sama.
Jumlah karyawan kurang lebih 500 orang. Mereka punya tugas di bidang masing-masing. Meskipun demikian, di antara mereka ada yang punya tugas rangkap. Dan aku sendiri sering ditugaskan rangkap pula terutama kalau ada karyawan yang berhalangan karena sakit.
Tugas yang kurasa cukup berat dan punya resiko tinggi adalah kalau diperintahkan mengadakan survey di lapangan guna meneliti pohon-pohon kayu di areal hutan yang sesuai dengan HPH dari Menteri Kehutanan. Menandai pohon yang akan ditebang di tengah hutan belantara yang masih perawan.
Hari itu, dengan ditemani oleh rekan seprofesi yang akrab kupanggil Bang Ucok Regar, aku ditugaskan melakukan penelitian ke sebuah areal hutan. Tanpa bisa menolak, Bang Ucok berangkat duluan ke sana. Aku sendiri janji akan menyusul sejam kemudian. Soalnya, masih ada urusan yang akan kukerjakan di lokasi pabrik.
Setelah urusan tersebut selesai, dengan mengendarai sepeda motor perusahaan, aku segera menyusul rekanku itu. Lokasi hutan yang akan kutuju sekitar 75 km dari pabrik. Tepatnya berbatasan dengan sebuah desa bernama Umang-Umang. Desa itu pernah kukunjungi dengan tugas yang sama. Jalan kesana merupakan jalan darurat yang dirintis oleh pihak perusahaan. Dari desa terpencil tersebut, kayu tebangan diangkut menggunakan truk khusus atau lengging.
Hari itu, cuaca cerah dan cukup panas. Dengan kecepatan sedang, kupacu sepeda motor menyusul Bang Ucok. Mendekati sebuah tikungan, tiba-tiba mesin mati dan sepeda motor berhenti tepat di bawah sebatang pohon yang berdaun rindang. Segera kuperiksa apa penyebabnya.
Hampir setengah jam aku mengutak-atik mesin, namun tidak kutemukan juga. Mesin sepeda motor tetap saja tak mau dihidupkan.
“Dasar sepeda motor sialan!” Makiku dalam hati sambil kemudian duduk istirahat di bawah pohon rindang itu.
Aku mulai berpikir untuk mengadakan kontak dengan pihak manajemen atasanku, ketika dihadapanku melintas seorang pria tua mengenakan pakaian agak aneh. Tampangnya terlihat sangat kumuh seperti gelandangan.
“Cucu mau kemana?” Sapanya sambil berhenti melangkah. Dia menatapku.
“Ke desa Umang-Umang, Kek!” Sahutku sambil bangkit berdiri.
“Lalu kenapa berhenti di sini?”
“Mesin motorku ngadat, Kek!” Jawabku sambil mendekati sepeda motor.
“Apanya yang rusak?” Si kakek datang mendekat. Dia bahkan turut jongkok di dekatku.
“Entah apa yang membuatnya mogok. Saya sudah menelitinya, tapi saya tidak bisa menemukan kerusakan mesin motor ini.”
“Coba kulihat!” Si kakek bergeser ke depan sambil menyentuh busi dengan ujung telunjuk jarinya.
Sekejap aku terkejut, sebab ujung jari si kaki yang ringkih itu seperti memancarkan sinar kebiru-biruan. Anehnya, dalam hitungan detik, mesin hidup tanpa distater sama sekali.
Belum habis rasa heranku, terdengar si Kakek berkata, “Kalau cucu ingin ke desa Umang-Umang, kakek ingin menumpang. Apakah boleh, Cu?”
“Tentu saja aku tak keberatan, apalagi Kakek telah membantu menghidupkan mesin sepeda motorku,” jawabku sambil berusaha menekan perasaan heran dan aneh di dalam dadaku.
Ringkas cerita, pria tua itu kusilhakan duduk di jok belakang. Mungkin karena tubuhnya yang kurus, maka sepertinya aku tidak merasa membawa beban di boncengan belakang. Begitu lewat tikungan di depan, di sebelah kiri jalan nampak pohon yang lumayan tinggi dan akar-akarnya ada yang menyembul kepermukaan, bahkan melingkar-;ingkar merangkul batang pohon itu sendiri. Begitu melintas di depan pohon ini, tiba-tiba mesin sepeda motor mati lagi. Anehnya, sepeda motor membelok sendiri menuju ke arah pohon tanpa dapat kukendalikan. Tubuhku terdorong ke depan lalu membentur pohon raksasa tersebut. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi.
Apa yang terjadi kemudian? Setelah siuman, sepertinya aku sedang berada di sebuah kawasan perkotaan dan tubuhku terbaring di tempat tidur dalam ruangan yang lumayan besar digedung yang megah dan indah. Waktu itu, laiknya aku sedang bermimpi. Tapi kali ini bukan mimpi, karena ketika kucubit terasa sakit di kulitku.
“Aneh, di mana aku sekarang? Mengapa aku bisa berada di tempat ini?” Tanyaku dalam hati. Mendadak aku ingin bangkit dari tidur. Namun, pada saat bersamaan, aura mistis mulai kurasakan. Hal inilah menyebabkan bulu kuduk meremang, sebagai isyarat bahwa aku saat itu berada dan terjebak di dunia lain. Mungkin dihuni oleh makhluk gaib yang sulit ditebak.
Aku masih dalam kondisi kebingungan ketika muncul di hadapanku sesosok makhluk berwujud manusia. Dia mengenakan pakaian mirip serdadu kerajaan tempo dulu dan ditangan kanannya memegang sebatang tombak yang ujungnya bercabang tiga. Dengan menggunakan bahasa isyarat, laki-laki berwajah sangar dan menakutkan ini, meminta agar aku segera mengikutinya.
Aku tak bisa membantah ajakannya, sebab kesadaranku memang sepertinya kembali terhipnotis. Akhirnya, aku berjalan beriringan dengan lelaki penjemputku. Dia membawaku masuk ke ruangan lain yang bersebelahan dengan ruang tempatku terbaring tadi. Ruangan ini lebih megah dan lebih menakjubkan lagi. Perabotannya serba antic, seperti koleksi berabad-abad yang lalu. Kursi-kursinya penuh ukiran klasik, berpasangan dengan meja batu giok beralaskan lantai marmer mengkilat, berwarna-warni.
Di sepanjang ruangan, tergantung aneka lampu kristal yang memancarkan sinar beragam aneka warna. Bersamaan dengan itu, aroma wewangian sering hinggap di hidungku. Harum sekali.
Aku masih tertegun dan terpana, berdiri mematung, ketika ruangan yang super megah tersebut dipenuhi oleh perempuan ayu dan cantik. Perangai dan perilakunya sangat kontras dengan fenomena keindahan serta kesakralan suasana di sana. Pakaian mereka sangat merangsang, nyaris telanjang. Binal dan genit ketika berpelukan dengan teman laki-lakinya.
Keberadaanku di tempat itu seperti tidak diketahui mereka. Bahkan, laki-laki seradu yang tadi menjemputku tidak kulihat batang hidungnya. Dan aku hanya melongo saja berdiri mematung. Menyaksikan seks bebas yang berlangsung di hadapan mata. Persis seperti nonton film blue.
Belum habis rasa heran dan bingungku, di hadapanku telah berdiri seorang perempuan agak tua, bertubuh gendut dengan rias wajah yang sangat mencolok. Di sebelahnya turut pula berdiri seorang perempuan muda yang cantik dan ayu.
Cukup lama perempuan gendut ini menatap wajahku. Seperti ingin menaksir wajah dan penampilanku saja. Dengan bahasa isyarat, dia ingin tahu siapa namaku. Lalu aku jawab pula dengan bahasa isyarat.
Entah mengerti atau tidak, dia kemudian bertanya, “Anak muda, mengapa kau sampai berada di tempat hunian kami ini?”
Laiknya orang tunarungu, aku menjelaskan dengan bahsa isyarat bahwa aku tak sengaja berada di tempat mereka. Alasannya, karena sepeda motorku menabrak sebatang pohon di pinggir jalan. Dan kuungkapkan juga, bahwa sepeda motorku mogok. Lalu dibantu oleh seorang kakek, dan bersama pria tua itu menuju desa Umang-Umang.
Nampaknya si nenek paham, dan mengatakan, pria tua itu adalah ayahnya yang ingin mencari suami untuk cucuknya. Dan dia menunjuk perempuan di sebelahnya sebagai cucu si kakek.
Komunikasi menggunakan bahasa isyarat berlangsung dengan lancar tanpa menemui kendala yang berarti. Aneh, memang! Saat itu, aku juga sempat memastikan bahwa mereka berasal dari komunitas makhluk dari dunia lain, yang tidak bisa bicara. Kalaupun mereka berbicara, maka aku tidak akan mengerti dan memahaminya.
Ketika perempuan gendut mengisyaratkan bahwa pria tua yang menolongku menghidupkan mesin motorku itu adalah kakeknya, maka aku mulai curiga. Entah apa yang akan mereka lakukan terhadao diriku.
“Apakah kau bersedia kukawinkan dengan putri tunggalku ini?” Tanya perempuan gendut itu dalam bahasa isyarat yang mendadak saja bisa kumengerti dan kupahami.
Secepatnya aku memberi isyarat bahwa aku telah punya isteri. Bahkan, aku juga memberi isyarat bahwa sangat mustahil makhluk Tuhan berbeda alam untuk menyatu dalam sebuah perkawinan.
“Siapa bilang?” Tanya si perempuan gendut. Kali ini bukan lagi dengan bahasa isyarat, melainkan dengan kata-kata dalam bahasa Melayu.
Hal ini membuatku terperangah. Ternyata dia mampu berbicara dengan bahasa Melayu, dengan logat dan gaya Mandailing Klasik.
Aku makin terheran-heran ketika dia mengatakan bahwa perkawinan makhluk dari kalangan jin dan manusia sudah sering terjadi sejak era kenabian tempo dulu. Dia mengambil contoh dengan peristiwa Nabi Sulaiman yang menikahi Ratu Balqis, yang dipercaya berasal dari komunitas bangsa jin.
Aku bingung, karena aku tak tahu persis apakah Ratu Balgis memang berasal dari bangsa jin. Entahlah apakah perempuan gendut ini hanya mengarang-ngarang untuk meyakinkan diriku, bahwa perkainan manusia dengan jin bukan mustahil adanya.
“Kami memang dari bangsa jin yang tidak alim!” Ungkap perempuan gendut itu. “Asal kau tahu saja…kami memang selalu mengadakan perkawinan silang dengan manusia. Hal ini guna memperoleh keturunan yang lebih bermutu dan berkwalitas. Karena kami dari bangsa jin di kawasan ini ingin mensejajarkan diri dengan makhluk manusia yang kami anggap lebih tinggi derajatnya dari bangsa jin,” tambahnya menjelaskan dengan panjang lebar.
Cukup lama aku termenung dan tertegun. Aku menjadi sangat bodoh, sebab tak mampu berkomentar. Aku hanya bisa manggut-manggut, seolah-olah memahami apa yang dijelaskannya barusan.
“Bagaimana? Apakah kamu bersedia membantu kami?” Perempuan itu menatapku dalam-dalam.
“Gimana ya…?” Aku masih bingung. “Soalnya, tadi telah saya katakan, bahwa saya telah berumah tangga,” kataku menjelaskan sejujurnya.
“Itu tidak bisa dijadikan dalih. Karena di bumi, manusia banyak yang punya isteri lebih dari satu!” Kata si perempuan gendut sambil nyengir sinis.
Aku terbungkam. Ternyata dia cukup banyak mengetahui tentang ulah manusia selama ini. Tapi, aku sungguh tak sudi menikah dengan makhluk halis, meski putrid si gendut itu sangatlah cantik jelita.
Karena aku masih tetap menolak tawarannya, akhirnya aku diamankan di sebuah ruangan khusus dalam kondisi tertutup dan terkunci. Di dalam ruangan itu fasilitasnya sangat lengkap sekali, sehingga aku merasa berada dalam tahanan rumah. Namun, sewaktu berada kesendirian, aku mulai teringat isteriku di rumah yang kutitipkan pada ibu di Medan.
Aku masih coba membayangkan wajah Rini, isteriku, ketika pintu terbuka dan wajah perempuan cantik dan ayu yang tadi menemani perempuan gendut itu muncul sambil mengulum senyum. Gadis yang katanya cucu dari pria tua yang menolongku tersebut berjalan dengan langkah terukur bagai seorang pragawati. Dia datang menghampiriku yang sedang duduk dibibir tempat tidur. Kini dia mengenakan gaun terusan yang agak tipis tanpa BH dan celana dalam, sehingga apa yang berada dibaliknya menjadi terlihat sekali. Lekuk-lekuk tubuh yang sensual dan padat, serta bukit kembar di dadanya nampak jelas menonjol.
Sejenak ruangan kamar dengan aroma semerbak wewangian itu berubah sangat sunyi. Begitu sunyinya sehingga suara helaan nafasku yang tergetar oleh keindahan wanita di hadapnku seaakan-akan terdengar gemanya. Aku tidak ingin dikatakan munafik. Aaat itu gairah birahiku melonjak tajam. Disamping melihat ada perempuan cantik sekamar denganku, ini juga karena aku sudah cukup lama bekerja di tengah hutan belantara jauh dari godaan seks terhadap wanita cantik. Apalagi perempuan muda di hadapanku kini mulai melucuti pakaiannya, sehingga tubuhnya bugil tanpa sehelai benangpun.
Singkat cerita, saat itu aku tak mampu membendung gejolak libidoku. Dan apa yang terjadi selanjutnya, tak perlu kuceritakan secara rinci. Aku seperti anjing kelaparan yang begitu bergairah menikmati mangsanya. Bahkan, hubungan terlarang tersebut terjadi berulang kali, hingga aku pingsan alias tak sadarkan diri. Mungkin akibat kecapekan atau karena pengaruh lainnya.
Begitu siuman, aku merasa malu dalam keadaan tubuhku yang telanjang, sebab di dihadapanku ada beberapa orang pria. Mereka adalah pekerja yang melintas di tempat itu, mengangkut kayu gelondongan dengan truk. Katanya, aku ditemui dipinggir jalan di bawah pohon beringin. Ketika itu aku terkapar di sana dalam keadaan setengah sadar.
Tidak jauh dari situ, mereka juga menemukan sepeda motorku dalam kondisi berantakan. Karena itulah, untuk sementara aku dinyatakan mengalami kecelakaan, menabrak pohon di pinggir jalan. Namun satu hal yang membuat mereka bingung, kenapa aku bisa terbaring dalam keadaan telanjang bulat.
Rupanya, aku telah dikerjai oleh penunggu pohon beringin tua yang dipercayai sangat angker itu. Menurut cerita, kejadian serupa seperti yang kualami pernah juga dialami oleh para pekerja penebangan pohon di tempat itu. Bahkan, suatu ketika ada yang tewas meregang nyawa dalam kondisi alat vital membengkak seukuran biji kelapa.
Karena merasa trauma atas kejadian serupa, maka akhirnya aku memutuskan untuk hengkang dari perusahaan tersebut. Aku memilih kembali ke kota Medan, dan ingin mencari pekerjaan yang lebih laik.
Setelah peristiwa itu, aku juga mengalami suatu keanehan. Cukup lama aku tak mampu memberi nafkah batin ke isteriku. Lebih aneh lagi, kurang sembilan bulan kemudian,. aku dan isteriku sering mendengar tangisan bayi dekat tempat tidur kami. Kami sibuk mencarinya hingga ke bawah kolong ranjang ranjang.
Menduga rumah itu telah dihuni oleh setan, aku memutuskan cari kontrakan lain. Di tempat yang baru, tangisan bayi itu masih terdengar. Artinya dia terus mengikuti kemana aku pindah.
Karena keanehan ini, akhirnya mempertanyakannya kepada Pak Suparlan, orang pintar di lingkungan tempat tinggalku.
“Itu darah dagingmu…!” Jawab Pak Suparlan yang menguasai ilmu gaib.
Tentu saja aku bingung dan heran. Apa mungkin persetubuhan gaibku dengan sosok perempuan jin bisa membuat kehamilan? Untuk menjaga ketenangan dalam rumah tangga, aku minta pada sang paranormal agar memberikan solusi menghilangkan suara tangisan bayi tersebut, sehingga tidak terdengar lari.
“Kalau sekedar meredam suara tangisnya mungkin bisa, tapi kalau untuk mengusirnya tidak mungkin. Karena dia adalah darah dagingmu yang akan terus membayangi langkahmu kapan dan di mana saja.” Ungkap Pak Suparlan.
Aku semakin tak mengerti. Tapi kuserahkan semua ini hanya kepada Allah SWT.
Selesai...
╚►PENGUSAHA KAYA PEMUJA SETAN◄╝
╚►PENGUSAHA KAYA PEMUJA SETAN◄╝
((BERIKUT KISAHNYA))
Kesaksian ini dituturkan oleh seseorang yang enggan disebut identitasnya. Dia berkisah tentang sepenggal pengalaman yang sangat menyeramkan, yakni bekerja di sebuah perusahaan garmen dengan seorang bos yang ternyata memuja setan. Seperti apa kisah lengkapnya…?
Setelah sekian lama menumpang di rumah kerabat tanpa ada penghasilan, akhirnya sebuah perusahaan besar skala internasional (kata iklan yang mereka cantumkan di koran), berkenan menerimaku sebagai karyawan di bagian produksi. Wah senang sekali, sebab aku punya sedikit uang untuk memanjakan diri.
Pintu besi gerbang besar perusahaan itu telah menyambutku kedatanganku di hari pertama masuk. Sambil menunggu waktu, kukelilingi area bangunan besar itu, sekalian melihat-lihat suasana gedung, pelataran parkir, gudang, serta satu bangunan tua yang menjadi bangunan induk tempat perusahaan besar ini menjalankan aktivitas bisnisnya.
Di mataku, bangunan tua yang kumaksudkan tadi merupakan satu bangunan bergaya lama yang terletak di daerah kota tua, namun masih memperlihatkan sisi megah yang menyiratkan kejayaan masa lalu pemiliknya.
“Pemiliknya pasti sangat kaya hingga dapat memiliki gedung besar yang hampir semegah museum ini. Aku yakin bangunan ini bisa menjadi satu warisan bersejarah yang telah dipakai secara temurun-temurun dari pemilik lama perusahaan ini kepada orang yang sekarang yang mewarisinya,” pikirku.
Menurutku, bangunan bergaya klasik ini pastilah banyak menyimpan cerita. Atau bahkan peristiwa atas jatuh bangunnya bisnis keluarga kaya raya tersebut. Dan dalam suasana pagi yang cerah, aku sangat menikmati panorama bangunan tua ini. Namun aneh, tiba tiba sepertinya ada satu kekuatan lain yang menyergapku. Kirasakan seperti ada suara angin yang berhembus lembut, seolah-olah meniup daun telingaku. Sayup-sayup terdengar seperti suara desahan binatang buas di kejauhan yang terbawa angin.
“Ada apa sesungguhnya?” batinku. Kedua mataku, masih terus asik menikmati bangunan tua yang pasti adalah karya Bangsa Belanda itu, sebab arsitekturnya memang bergaya Eropa.
Sekilas, tampak gedung megah ini kurang terawatt. Jendela besar berkaca buram, kotor, begitu juga dengan koridor panjang yang melingkarinya. Semuanya terkesan kumuh serta sedikit agak angker. Bahkan, tangga ke lantai atas pun hanya disinari sebuah lampu neon yang cahanya mulai temaram.
Tak sengaja, pandanganku tertuju pada salah satu jendela yang paling kusam di lantai empat. Entah ruangan apa di atas sana. Sepertinya, ruangan itu hanya disinari oleh cahaya redup lampu 10 watt. Seketika itu juga semua pandanganku seakan diselimuti oleh hal yang berbau mistis, seolah-olah ada sepasang mata yang sedang bergerak mengawasiku dari atas sana.
“Mungkinkah penunggu gedung tua ini sedang mengawasi gerak-geriku,” bisiku dalam hati.
Lalu, segera kuabaikan pikiran itu. Kumantapkan tekadku yang ingin bekerja untuk mendapatkan uang demi kebutuhan hidupku.
“Tunggu sebentar lagi ya, Mas. Bos masih ada urusan. Mohon maaf agak lama menunggu.”
Suara merdu wanita muda mengagetkanku. Rupanya, tidak terasa aku sudah satu jam lebih menunggu untuk mendapat giliran masuk wawancara.
Ketika giliranku masuk, ternyata bos besar itu sedang menyantap makan siang dengan sangat rakusnya. Mulutnya dipenuhi makanan, kedua pipinya belepotan bumbu lauk-pauk, sementara kedua tangannya sibuk menyendok makanan dan memilah buah-buahan pencuci mulut yang ada di atas meja, seolah tak mempedulikan kehadiranku.
Aku kembali terpana melihat caranya makan. Hampir menyerupai seekor binatang buas yang baru saja mendapat mangsa. Aneh, bukankah dia seorang bos besar yang memiliki perusahaan bertaraf internasional? Tapi mengapa cara makannya seperti orang kelaparan?
“Ayo, silahkan duduk!” katanya menawariku. Lamunanku pun terputus. Dengan sungkan, aku segera duduk di depan meja kerjanya.
Sambil mencuri-curi pandang, kucoba amati keadaan ruang kerja sang bos. Sungguh aneh, ruangan besar itu hampir dipenuhi oleh umbo rampe (sesaji) yang sudah kering. Bahkan, nampak buah-buahan sesaji yang mulai membusuk hingga airnya menetes mengotori dinding serta karpet lantai. Aneka kue jajanan menjamur diatas meja. Tampak juga beberapa dupa yang masih menyala hingga asapnya memenuhi tiap sudut ruangan. Tak hanya itu, pada dinding serta langit-langit ruangan bergelantungan aneka jimat hingga menambah keunikan ruang kerja ini.
Kembali aku dibuat semakin takjub, manakala pandanganku mengarah pada sebuah patung besar setinggi hampir 2 meter yang dikelilingi banyak sesaji. Patung ini berdiri tegak disudut ruangan yang agak gelap. Aneh, siapakah laki-laki di depanku ini sebenarnya?
Saat bertanya jawab denganku, ternyata si bos ini memiliki sebentuk wajah yang agak aneh. Matanya menyerupai mata iblis seperti di film film animasi, sementara kedua alisnya naik ke atas bak alis para pendekar silat. Saat tersenyum pun dia lebih mirip menyeringai daripada senyuman, sembari memperlihatkan deretan giginya yang kotor serta tidak terawatt, bahkan masih dipenuhi sisa sisa makanan.
Sekalipun sangat aneh dan mengganggu pikiranku, namun aku terpaksa harus mengabaikan semua ini. Ya, demi mendapatkan sebuah pekerjaan!
Singkat cerita, aku memang diterima bekerja di kantor tersebut….
Setelah beberapa lama bekerja, baru kusadari kalau aku sebenarnya cuma jadi umpan kawan-kawan sekantor yang enggan lembur pada setiap kamis malam atau malam Jum’at. Ada apa sebenarnya?
“Hati hati dengan yang ada dilantai empat, Man!” bisik Larno, salah seorang teman sejawat yang baik padaku.
Aneh, peringatan ini bukan hanya datang dari Larno. Bahkan Pak Ishak, penjaga malam di gedung ini juga telah memperingatkanku agar tidak mencoba-coba naik ke lantai empat sendirian apabila hari telah gelap.
“Kamu pasti celaka, Nak!” tegasnya ketika aku meminta alasan larangan itu. Dia menambahkan, “Aku saja yang sudah 18 tahun bekerja disini tidak berani pergi kelantai empat sendirian, terlebih lagi malam hari.
Mulanya, aku tak serius menanggapi cerita-cerita itu. Hingga suatu malam, terjadilah peristiwa itu….
Malam itu, jarum jam telah menunjukan pukul 19.30. Hampir seluruh ruangan telah kosong. Suasana mendadak senyap, bahkan kemudian berganti angker. Di luar sana angin berhembus kencang disertai deru hujan.
Sendirian aku duduk terpaku di meja kerja ditemani dengan setumpuk tugas yang belum rampung. Aneh, tiba-tiba pikiranku melayang ke ruang sepi di lantai empat. Kulirik ruang sepi yang bersinar redup itu. Sepertinya, dari arah sana akan memunculkan satu bayangan, bahkan mungkin sesuatu yang mengerikan.
Aneh, tiba tiba sekelebat bayangan wanita tua melintas. Aku segera bangkit mengejarnya. Kucoba berjalan menuju munculnya bayangan tadi. Tapi, aku tak menumukan siapa-siapa.
Aku yakin telah melihat bayangan seorang nenek. Perempuan renta itu jalan tertatih tatih. Anehnya, dia menghilang di lorong gelap menuju lantai empat? Siapa gerangan perempuan tua berbaju kumal itu?
Bukannya merasa takut, kejadian ini justeru membuatku semakin penasaran. Segera saja kutelusuri lorong sepi yang terbentang panjang di depanku, sambil berharap sesosok nenek itu muncul lagi. Anehnya, tiba tiba terdengar suara perempuan sedang bercakap cakap di ujung koridor gelap ini. Siapa gerangan? Apa mungkin masih ada seorang staf wanita yang sedang menerima telepon?
Ketika aku dalam kebingungan, jantungku nyaris copot sebab tiba tiba ada sebuah tangan yang merengkuh bahuku. Ketika aku menoleh, di hadapanku telah berdiri seorang wanita muda. Dia tersenyum dingin sambil menyodorkan segenggam kertas.
“Mencari siapa, Mas?” tanyanya datar, disertai raut wajah dingin tanpa ekspresi.
Aku diam tergugu. Wanita itu kembali berkata, “Tolong fotocopy semua dokumen ini. Bisa kan?”
“Oh, tentu bisa!” jawabku pendek. Bulu kudukku meremang. Dalam hati aku bertanya, “Perempuan ini staff di bagian apa? Kok aku belum pernah melihatnya.”
“Ini dokumen penting, tidak semua orang bisa tahu!” katanya lagi.
Sambil berusaha menenangkan diri, aku menyahut, “Wah, kalau begitu saya jadi tahu dong, Mbak. Kan saya yang bantu fotocopynya!”
“Ini cuma daftar nama orang yang disuruh berkorban di sini, sekalipun mereka menolak. Ah, kasihan sekali mereka!” katanya lagi.
“Berkorban? Maksudnya untuk apa?” tanyaku, penasaran, sembari terus membolak balikan dokumen itu.
“Darah mereka!” jawabnya dengan suara yang agak tertahan.
Aku kaget bukan kepalang. Seketika pandanganku berubah gelap. Dan, ketika terang kembali, kulihat dia sudah menghilang. Lalu, sama-samar terdengar suara alunan pendek perempuan menyanyi dari arah lorong sepi ini.
Segera kuambil langkah seribu, setelah lebih dulu melemparkan kertas yang disebut dokumen tadi. Kubanting pintu dengan kencang. Aku lalu terduduk di depan meja kerjaku sambil mengatur nafas yang memburu tak karuan.
***
Gara-gara peristiwa ganjil itu, rasa penasaranku semakin bertambah. Apalagi, pagi setelah malamnya aku bertemu dengan sosok perempuan misterius itu ternyata ada karyawan yang meninggal. Apakah ini ada hubungannya dengan statemen perempuan misteruis itu?
Belakangan, aku memang melihat ada kejanggalan. Bila dihitung, hampir setiap minggu, satu persatu rekan kerja atau sanak saudara mereka ada saja yang meninggal. Menurut beberapa pegawai senior, setiap yang meninggal raut wajah mereka menyiratkan ada satu hal yang tidak wajar. Kabarnya, wajah jenazah tampak menghitam, punggung, tangan serta kakinya terdapat memar kebiruan, dan mata mereka terbuka, dengan rona wajah mereka seolah habis melihat sesuatu yang amat menakutkan.
Pernah juga terjadi sebuah peristiwa lucu namun menyeramkan. Suatu hari, ada salah seorang menejer di kantor ini yang kerasukan roh seorang perempuan muda. Sang roh mengaku bernama Karissa. Dia telah mati karena bunuh diri 100 tahun silam.
Lucunya, sang menejar yang bertubuh tambun dan galak itu, tiba tiba dapat berjalan sangat gemulai laksana perempuan. Tak hanya itu, suaranya juga berubah lembut khas wanita muda.
Nah, dari celoteh Karissa-lah cerita yang sebenarnya bergulir. Termasuk tentang para korban mahluk di lantai empat.
Karisasa yang meminjam mulut Pak Wahono, sang menejer itu, bercerita bahwa bos besar kami yang bernama Pak Paulus itu telah meminjam arwahnya sebagai budak suruhan untuk mendapatkan harta. Bahkan, untuk mengikat jiwa sesorang yang dia kehendaki untuk ditaklukan.
Arwah Karissa juga mengaku bahwa pada hari-hari tertentu dia akan diberi “suguhan khusus” oleh majikannya. Selain umbo rampe dan dupa wangi, dia juga menghisap sari makanan langsung dari perut Pak Paulus. Syaratnya, Pak Paulus harus memakan tiga jenis makan kesukaan Karissa dalam jumlah amat banyak. Mungkin, inilah yang menyebabkan kenapa Pak Paulus pernah kulihat makan dalam jumlah banyak dan nampak sangat rakus.
Aku juga pernah melihat dukun kepercayaan Pak Paulus datang ke lantai empat untuk mengadakan ritual semalam suntuk. Setelah itu, beredarlah cerita dari mulut orang dekatnya, bahwa Pak Paulus segera akan memecat beberapa orang karyawan, sebab menurut sang dukun mereka tidak cocok dan harus dienyahkan.
Yang terjadi selanjutnya, setelah kedatangan dukun itu, suasana di dalam kantor jadi makin kacau. Seringkali terjadi keributan diantara staff dan karyawan. Sejumlah peristiwa aneh juga terjadi. Mulai staff kerasukan, mengalami kecelakaan fatal hingga cacat, bahkan yang meninggal pun ada.
Selain itu, bisnis di perusahaan yang bergerak dalam industri garmen ini menjadi tersendat-sendat. Banyak hasil produksi yang tidak laku dijual bahkan dikembalikan karena rusak. Padahal, semua barang produksi yang dikirim ke costumer dalam keadaan baik tanpa cacat.
Kondisi semacam ini membuat pikiranku jadi tidak karuan. Hingga, pada suatu malam, ketika semua staff dan karyawan telah meninggalkan ruang kerjanya masing-masing, tinggalah aku sendiri tercenung di meja kerjaku. Ketika aku sedang membereskan dokumen yang masih tercecer, tiba tiba saja ada angin dingin menyapu pundakku.
Tidak berapa lama, samara-samar terdenar suara perempuan yang seolah sedang merapal doa. Seketika itu rasa takut di dalam hatiku muncul. Terlebih lagi, lama kelamaan suara itu semakin keras terdengar, meski tidak jelas mantra apa yang sedang dilantunkannya. Walau begitu, kucoba memberanikan diri bangkit lalu berjalan ke arah datangnya suara itu.
Kubuka pintu koridor ke lantai tiga, yang kuduga menjadi sumber suara. Seketika tercium semerbak wangi bunga sedap malam, serta aroma rokok klobot. Kuhentikan langkah untuk sekedar mengatur nafas, sambil menenangkan hatiku yang mulai dihantui rasa takut.
Hatiku pun kecut bukan main ketika sadar bahwa langkah ini telah sampai di trap tangga terakhir dari sepuluh anak tangga menuju ruangan laknat di lantai empat itu.
Sementara itu, suara rapalan mantera si perempuan semakin keras terdengar, diselingi oleh aroma semerbak bunga sedap malam, kemenyan serta anyir darah yang semakin menyengat hidungku.
Sejenak, aku berdiri terpaku di depan pintu kaca kusam yang membatasi pandanganku ke ruangan bagian dalam. Kaca patri bermotif burung elang membingkai sehelai pintu ruang laknat penuh misteri ini. Tanganku bergetar tak sabar ingin membuka pintunya.
Kudorong perlahan. Suara berderit engselnya seolah genderang perang yang memukul jantungku. Saat aku melangkah tertatih di dalam suasana temaram, aku mengenali gerak gerik sesosok mahluk besar kehitaman di bawah temaram lampu 5 watt. Kakiku pun terasa lemas! Sungguh, aku benar-benar melihat bagaimana makhluk itu sambil menggeram terus menggerogoti mangsanya dengan rakus.
Dalam keadaan sangat takut, aku mengenali kalau ternyata mahluk itu wujudnya separuh srigala separuh manusia. Dia sedang mengoyak-ngoyak sepotong daging merah dengan kuku hitam tajamnya .
Pes! Aneh, tiba tiba lampu di dalam ruangan itu padam. Aku terkejut dan hampir tidak bisa menguasai diri lagi. Bau anyir darah busuk itu sangat menyesakkan dada, hingga kepalaku pusing. Suara dengusan srigala besar yang menggeram dengan marah menghentak jantungku!
Dalam ruangan gelap itu aku tidak dapat berbuat apa-apa, selain membalikan badan menghambur keluar ruangan. Tapi binatang iblis itu tidak tinggal diam. Dia berusaha menangkpuku. Akupun terdorong keluar dari ruangan itu. Di ruangan yang lebar terang ini, aku cukup jelas melihat wajah serigala aneh itu, dengan seringai gigi tajamnya yang belumuran darah.
Akupun berteriak sekuat tenaga. Tidak sadar, kakiku terpeleset. Tubuhku terpelanting jatuh berguling guling menuruni anak tangga sampai ke lantai. Tak ayal lagi seluruh sendi di badanku terasa patah. Kepala ku pusing berat, Bersamaan dengan itu, di telingaku kembali terngiang suara perempuan pembaca mantera tadi. Sambil menahan sakit, aku segera berlari meninggalkan ruangan….
Seminggu setelah kejadian itu, suatu siang aku sedang merapikan beberapa barang yang tertumpuk di koridor gelap depan ruangan. Pak Paulus muncul dengan tiba tiba. Dia berjalan ke arahku dengan rona wajah yang tidak bersahabat. Aku segera aku bangkit untuk memberi salam. Tidak diduga dia malah mengancamku dengan kata-kata yang tidak mengenakan hati.
“Hei you!” katanya sambil menunjuk wajahku. “Gua orang kaya raya, gua ada uang banyak, ribuan setan, arwah leluhur bahkan jin manapun sudah gua panggil dan gua tundukkan, apalagi cuma you manusia kecil!” cecarnya dengan nada sinis.
“Gua, kasih you peringatan! Mahluk besar di lantai empat adalah pelindung gua, seluruh harta gua dia yang jaga, dia amat kuat luar biasa, tidak akan ada yang bisa kalahkan dia punya kekuatan!” bentaknya lagi.
“Karena mahluk mahluk itu gua jadi punya kekuatan besar lebih dari orang lain! Asal you tahu aja ya, gua gak bisa mati!!” lanjutnya dengan jumawa.
“So, jadi you jangan coba-coba ganggu dia punya tempat, apalagi you mau jadi pahlawan kesiangan di sini!” hardiknya pula.
“Kalau you masih butuh makan, you duduk en kerja baik baik seperti si bego lainnya atau you out saja dari sini!” kejarnya lagi sambil telunjuknya terus mendorong keningku keras-keras. Setelah itu dia pergi sambil masih terus mengumpat dengan kata-kata yang sangat kasar.
Penghinaan Pak Paulus memang sungguh menyakiti perasaanku. Harga diriku telah diinjak-injak olehnya. Namun, bukan ini alasan utamaku untuk berhenti bekerja. Demi Tuhan, sejak peristiwa malam itu, bayangan menyeramkan sosok srigala berbadan manusia itu selalu menghantuiku. Bahkan, dengus nafasnya yang berbau busuk itu serasa begitu dekat dengan hidung dan telingaku.
Walau aku sangat membutuhkan pekerjaan, namun kuputskan untuk segera hengkang dari kantor itu. Dan hari itu, aku kembali duduk di sofa depan ruangan Pak Paulus, menunggu giliran masuk seperti tempo hari. Tapi kali ini bukan untuk mengemis minda dipekerjaan, namun aku akan menyerahkan surat pengunduran diri resmi.
Tak lama kemudian aku diizinkan masuk. Ketika berhadapan dengannya, sedikitpun aku tidak mau melihat wajahnya yang amat serupa dengan iblis srigala di lantai empat itu. Sembari mejawab pertanyaannya, dalam hati kupanjatkan doa-doa pendek, serta berusaha tetap menjaga kesadaran pikiranku, agar tidak terpengaruh jampi-jampi lewat tatapan matanya yang tajam menusuk itu.
Sambil disertai dengan sumpah serapah dari mulut Pak Paulus, aku segera keluar meninggalkan ruangannya. Dengan nama Tuhan, aku segera tinggalkan kerajaan setan itu untuk kembali ke kehidupanku yang normal.
Demikianlah sepenggal kisah yang pernah kualami. Sejak 2 tahun meninggalkan perushaan itu, tak pernah sekalipun kudengar kisahnya. Entah apa yang terjadi dengan teman-temanku yang masih coba bertahan di sana. Kabarnya, perushaan garmen itu sudah di ambang kebangkrutan. Pak Paulus sendiri disebut-sebut lebih senang tinggal di villanya yang ada di Seminyak, Bali.
SELESAI..
((BERIKUT KISAHNYA))
Kesaksian ini dituturkan oleh seseorang yang enggan disebut identitasnya. Dia berkisah tentang sepenggal pengalaman yang sangat menyeramkan, yakni bekerja di sebuah perusahaan garmen dengan seorang bos yang ternyata memuja setan. Seperti apa kisah lengkapnya…?
Setelah sekian lama menumpang di rumah kerabat tanpa ada penghasilan, akhirnya sebuah perusahaan besar skala internasional (kata iklan yang mereka cantumkan di koran), berkenan menerimaku sebagai karyawan di bagian produksi. Wah senang sekali, sebab aku punya sedikit uang untuk memanjakan diri.
Pintu besi gerbang besar perusahaan itu telah menyambutku kedatanganku di hari pertama masuk. Sambil menunggu waktu, kukelilingi area bangunan besar itu, sekalian melihat-lihat suasana gedung, pelataran parkir, gudang, serta satu bangunan tua yang menjadi bangunan induk tempat perusahaan besar ini menjalankan aktivitas bisnisnya.
Di mataku, bangunan tua yang kumaksudkan tadi merupakan satu bangunan bergaya lama yang terletak di daerah kota tua, namun masih memperlihatkan sisi megah yang menyiratkan kejayaan masa lalu pemiliknya.
“Pemiliknya pasti sangat kaya hingga dapat memiliki gedung besar yang hampir semegah museum ini. Aku yakin bangunan ini bisa menjadi satu warisan bersejarah yang telah dipakai secara temurun-temurun dari pemilik lama perusahaan ini kepada orang yang sekarang yang mewarisinya,” pikirku.
Menurutku, bangunan bergaya klasik ini pastilah banyak menyimpan cerita. Atau bahkan peristiwa atas jatuh bangunnya bisnis keluarga kaya raya tersebut. Dan dalam suasana pagi yang cerah, aku sangat menikmati panorama bangunan tua ini. Namun aneh, tiba tiba sepertinya ada satu kekuatan lain yang menyergapku. Kirasakan seperti ada suara angin yang berhembus lembut, seolah-olah meniup daun telingaku. Sayup-sayup terdengar seperti suara desahan binatang buas di kejauhan yang terbawa angin.
“Ada apa sesungguhnya?” batinku. Kedua mataku, masih terus asik menikmati bangunan tua yang pasti adalah karya Bangsa Belanda itu, sebab arsitekturnya memang bergaya Eropa.
Sekilas, tampak gedung megah ini kurang terawatt. Jendela besar berkaca buram, kotor, begitu juga dengan koridor panjang yang melingkarinya. Semuanya terkesan kumuh serta sedikit agak angker. Bahkan, tangga ke lantai atas pun hanya disinari sebuah lampu neon yang cahanya mulai temaram.
Tak sengaja, pandanganku tertuju pada salah satu jendela yang paling kusam di lantai empat. Entah ruangan apa di atas sana. Sepertinya, ruangan itu hanya disinari oleh cahaya redup lampu 10 watt. Seketika itu juga semua pandanganku seakan diselimuti oleh hal yang berbau mistis, seolah-olah ada sepasang mata yang sedang bergerak mengawasiku dari atas sana.
“Mungkinkah penunggu gedung tua ini sedang mengawasi gerak-geriku,” bisiku dalam hati.
Lalu, segera kuabaikan pikiran itu. Kumantapkan tekadku yang ingin bekerja untuk mendapatkan uang demi kebutuhan hidupku.
“Tunggu sebentar lagi ya, Mas. Bos masih ada urusan. Mohon maaf agak lama menunggu.”
Suara merdu wanita muda mengagetkanku. Rupanya, tidak terasa aku sudah satu jam lebih menunggu untuk mendapat giliran masuk wawancara.
Ketika giliranku masuk, ternyata bos besar itu sedang menyantap makan siang dengan sangat rakusnya. Mulutnya dipenuhi makanan, kedua pipinya belepotan bumbu lauk-pauk, sementara kedua tangannya sibuk menyendok makanan dan memilah buah-buahan pencuci mulut yang ada di atas meja, seolah tak mempedulikan kehadiranku.
Aku kembali terpana melihat caranya makan. Hampir menyerupai seekor binatang buas yang baru saja mendapat mangsa. Aneh, bukankah dia seorang bos besar yang memiliki perusahaan bertaraf internasional? Tapi mengapa cara makannya seperti orang kelaparan?
“Ayo, silahkan duduk!” katanya menawariku. Lamunanku pun terputus. Dengan sungkan, aku segera duduk di depan meja kerjanya.
Sambil mencuri-curi pandang, kucoba amati keadaan ruang kerja sang bos. Sungguh aneh, ruangan besar itu hampir dipenuhi oleh umbo rampe (sesaji) yang sudah kering. Bahkan, nampak buah-buahan sesaji yang mulai membusuk hingga airnya menetes mengotori dinding serta karpet lantai. Aneka kue jajanan menjamur diatas meja. Tampak juga beberapa dupa yang masih menyala hingga asapnya memenuhi tiap sudut ruangan. Tak hanya itu, pada dinding serta langit-langit ruangan bergelantungan aneka jimat hingga menambah keunikan ruang kerja ini.
Kembali aku dibuat semakin takjub, manakala pandanganku mengarah pada sebuah patung besar setinggi hampir 2 meter yang dikelilingi banyak sesaji. Patung ini berdiri tegak disudut ruangan yang agak gelap. Aneh, siapakah laki-laki di depanku ini sebenarnya?
Saat bertanya jawab denganku, ternyata si bos ini memiliki sebentuk wajah yang agak aneh. Matanya menyerupai mata iblis seperti di film film animasi, sementara kedua alisnya naik ke atas bak alis para pendekar silat. Saat tersenyum pun dia lebih mirip menyeringai daripada senyuman, sembari memperlihatkan deretan giginya yang kotor serta tidak terawatt, bahkan masih dipenuhi sisa sisa makanan.
Sekalipun sangat aneh dan mengganggu pikiranku, namun aku terpaksa harus mengabaikan semua ini. Ya, demi mendapatkan sebuah pekerjaan!
Singkat cerita, aku memang diterima bekerja di kantor tersebut….
Setelah beberapa lama bekerja, baru kusadari kalau aku sebenarnya cuma jadi umpan kawan-kawan sekantor yang enggan lembur pada setiap kamis malam atau malam Jum’at. Ada apa sebenarnya?
“Hati hati dengan yang ada dilantai empat, Man!” bisik Larno, salah seorang teman sejawat yang baik padaku.
Aneh, peringatan ini bukan hanya datang dari Larno. Bahkan Pak Ishak, penjaga malam di gedung ini juga telah memperingatkanku agar tidak mencoba-coba naik ke lantai empat sendirian apabila hari telah gelap.
“Kamu pasti celaka, Nak!” tegasnya ketika aku meminta alasan larangan itu. Dia menambahkan, “Aku saja yang sudah 18 tahun bekerja disini tidak berani pergi kelantai empat sendirian, terlebih lagi malam hari.
Mulanya, aku tak serius menanggapi cerita-cerita itu. Hingga suatu malam, terjadilah peristiwa itu….
Malam itu, jarum jam telah menunjukan pukul 19.30. Hampir seluruh ruangan telah kosong. Suasana mendadak senyap, bahkan kemudian berganti angker. Di luar sana angin berhembus kencang disertai deru hujan.
Sendirian aku duduk terpaku di meja kerja ditemani dengan setumpuk tugas yang belum rampung. Aneh, tiba-tiba pikiranku melayang ke ruang sepi di lantai empat. Kulirik ruang sepi yang bersinar redup itu. Sepertinya, dari arah sana akan memunculkan satu bayangan, bahkan mungkin sesuatu yang mengerikan.
Aneh, tiba tiba sekelebat bayangan wanita tua melintas. Aku segera bangkit mengejarnya. Kucoba berjalan menuju munculnya bayangan tadi. Tapi, aku tak menumukan siapa-siapa.
Aku yakin telah melihat bayangan seorang nenek. Perempuan renta itu jalan tertatih tatih. Anehnya, dia menghilang di lorong gelap menuju lantai empat? Siapa gerangan perempuan tua berbaju kumal itu?
Bukannya merasa takut, kejadian ini justeru membuatku semakin penasaran. Segera saja kutelusuri lorong sepi yang terbentang panjang di depanku, sambil berharap sesosok nenek itu muncul lagi. Anehnya, tiba tiba terdengar suara perempuan sedang bercakap cakap di ujung koridor gelap ini. Siapa gerangan? Apa mungkin masih ada seorang staf wanita yang sedang menerima telepon?
Ketika aku dalam kebingungan, jantungku nyaris copot sebab tiba tiba ada sebuah tangan yang merengkuh bahuku. Ketika aku menoleh, di hadapanku telah berdiri seorang wanita muda. Dia tersenyum dingin sambil menyodorkan segenggam kertas.
“Mencari siapa, Mas?” tanyanya datar, disertai raut wajah dingin tanpa ekspresi.
Aku diam tergugu. Wanita itu kembali berkata, “Tolong fotocopy semua dokumen ini. Bisa kan?”
“Oh, tentu bisa!” jawabku pendek. Bulu kudukku meremang. Dalam hati aku bertanya, “Perempuan ini staff di bagian apa? Kok aku belum pernah melihatnya.”
“Ini dokumen penting, tidak semua orang bisa tahu!” katanya lagi.
Sambil berusaha menenangkan diri, aku menyahut, “Wah, kalau begitu saya jadi tahu dong, Mbak. Kan saya yang bantu fotocopynya!”
“Ini cuma daftar nama orang yang disuruh berkorban di sini, sekalipun mereka menolak. Ah, kasihan sekali mereka!” katanya lagi.
“Berkorban? Maksudnya untuk apa?” tanyaku, penasaran, sembari terus membolak balikan dokumen itu.
“Darah mereka!” jawabnya dengan suara yang agak tertahan.
Aku kaget bukan kepalang. Seketika pandanganku berubah gelap. Dan, ketika terang kembali, kulihat dia sudah menghilang. Lalu, sama-samar terdengar suara alunan pendek perempuan menyanyi dari arah lorong sepi ini.
Segera kuambil langkah seribu, setelah lebih dulu melemparkan kertas yang disebut dokumen tadi. Kubanting pintu dengan kencang. Aku lalu terduduk di depan meja kerjaku sambil mengatur nafas yang memburu tak karuan.
***
Gara-gara peristiwa ganjil itu, rasa penasaranku semakin bertambah. Apalagi, pagi setelah malamnya aku bertemu dengan sosok perempuan misterius itu ternyata ada karyawan yang meninggal. Apakah ini ada hubungannya dengan statemen perempuan misteruis itu?
Belakangan, aku memang melihat ada kejanggalan. Bila dihitung, hampir setiap minggu, satu persatu rekan kerja atau sanak saudara mereka ada saja yang meninggal. Menurut beberapa pegawai senior, setiap yang meninggal raut wajah mereka menyiratkan ada satu hal yang tidak wajar. Kabarnya, wajah jenazah tampak menghitam, punggung, tangan serta kakinya terdapat memar kebiruan, dan mata mereka terbuka, dengan rona wajah mereka seolah habis melihat sesuatu yang amat menakutkan.
Pernah juga terjadi sebuah peristiwa lucu namun menyeramkan. Suatu hari, ada salah seorang menejer di kantor ini yang kerasukan roh seorang perempuan muda. Sang roh mengaku bernama Karissa. Dia telah mati karena bunuh diri 100 tahun silam.
Lucunya, sang menejar yang bertubuh tambun dan galak itu, tiba tiba dapat berjalan sangat gemulai laksana perempuan. Tak hanya itu, suaranya juga berubah lembut khas wanita muda.
Nah, dari celoteh Karissa-lah cerita yang sebenarnya bergulir. Termasuk tentang para korban mahluk di lantai empat.
Karisasa yang meminjam mulut Pak Wahono, sang menejer itu, bercerita bahwa bos besar kami yang bernama Pak Paulus itu telah meminjam arwahnya sebagai budak suruhan untuk mendapatkan harta. Bahkan, untuk mengikat jiwa sesorang yang dia kehendaki untuk ditaklukan.
Arwah Karissa juga mengaku bahwa pada hari-hari tertentu dia akan diberi “suguhan khusus” oleh majikannya. Selain umbo rampe dan dupa wangi, dia juga menghisap sari makanan langsung dari perut Pak Paulus. Syaratnya, Pak Paulus harus memakan tiga jenis makan kesukaan Karissa dalam jumlah amat banyak. Mungkin, inilah yang menyebabkan kenapa Pak Paulus pernah kulihat makan dalam jumlah banyak dan nampak sangat rakus.
Aku juga pernah melihat dukun kepercayaan Pak Paulus datang ke lantai empat untuk mengadakan ritual semalam suntuk. Setelah itu, beredarlah cerita dari mulut orang dekatnya, bahwa Pak Paulus segera akan memecat beberapa orang karyawan, sebab menurut sang dukun mereka tidak cocok dan harus dienyahkan.
Yang terjadi selanjutnya, setelah kedatangan dukun itu, suasana di dalam kantor jadi makin kacau. Seringkali terjadi keributan diantara staff dan karyawan. Sejumlah peristiwa aneh juga terjadi. Mulai staff kerasukan, mengalami kecelakaan fatal hingga cacat, bahkan yang meninggal pun ada.
Selain itu, bisnis di perusahaan yang bergerak dalam industri garmen ini menjadi tersendat-sendat. Banyak hasil produksi yang tidak laku dijual bahkan dikembalikan karena rusak. Padahal, semua barang produksi yang dikirim ke costumer dalam keadaan baik tanpa cacat.
Kondisi semacam ini membuat pikiranku jadi tidak karuan. Hingga, pada suatu malam, ketika semua staff dan karyawan telah meninggalkan ruang kerjanya masing-masing, tinggalah aku sendiri tercenung di meja kerjaku. Ketika aku sedang membereskan dokumen yang masih tercecer, tiba tiba saja ada angin dingin menyapu pundakku.
Tidak berapa lama, samara-samar terdenar suara perempuan yang seolah sedang merapal doa. Seketika itu rasa takut di dalam hatiku muncul. Terlebih lagi, lama kelamaan suara itu semakin keras terdengar, meski tidak jelas mantra apa yang sedang dilantunkannya. Walau begitu, kucoba memberanikan diri bangkit lalu berjalan ke arah datangnya suara itu.
Kubuka pintu koridor ke lantai tiga, yang kuduga menjadi sumber suara. Seketika tercium semerbak wangi bunga sedap malam, serta aroma rokok klobot. Kuhentikan langkah untuk sekedar mengatur nafas, sambil menenangkan hatiku yang mulai dihantui rasa takut.
Hatiku pun kecut bukan main ketika sadar bahwa langkah ini telah sampai di trap tangga terakhir dari sepuluh anak tangga menuju ruangan laknat di lantai empat itu.
Sementara itu, suara rapalan mantera si perempuan semakin keras terdengar, diselingi oleh aroma semerbak bunga sedap malam, kemenyan serta anyir darah yang semakin menyengat hidungku.
Sejenak, aku berdiri terpaku di depan pintu kaca kusam yang membatasi pandanganku ke ruangan bagian dalam. Kaca patri bermotif burung elang membingkai sehelai pintu ruang laknat penuh misteri ini. Tanganku bergetar tak sabar ingin membuka pintunya.
Kudorong perlahan. Suara berderit engselnya seolah genderang perang yang memukul jantungku. Saat aku melangkah tertatih di dalam suasana temaram, aku mengenali gerak gerik sesosok mahluk besar kehitaman di bawah temaram lampu 5 watt. Kakiku pun terasa lemas! Sungguh, aku benar-benar melihat bagaimana makhluk itu sambil menggeram terus menggerogoti mangsanya dengan rakus.
Dalam keadaan sangat takut, aku mengenali kalau ternyata mahluk itu wujudnya separuh srigala separuh manusia. Dia sedang mengoyak-ngoyak sepotong daging merah dengan kuku hitam tajamnya .
Pes! Aneh, tiba tiba lampu di dalam ruangan itu padam. Aku terkejut dan hampir tidak bisa menguasai diri lagi. Bau anyir darah busuk itu sangat menyesakkan dada, hingga kepalaku pusing. Suara dengusan srigala besar yang menggeram dengan marah menghentak jantungku!
Dalam ruangan gelap itu aku tidak dapat berbuat apa-apa, selain membalikan badan menghambur keluar ruangan. Tapi binatang iblis itu tidak tinggal diam. Dia berusaha menangkpuku. Akupun terdorong keluar dari ruangan itu. Di ruangan yang lebar terang ini, aku cukup jelas melihat wajah serigala aneh itu, dengan seringai gigi tajamnya yang belumuran darah.
Akupun berteriak sekuat tenaga. Tidak sadar, kakiku terpeleset. Tubuhku terpelanting jatuh berguling guling menuruni anak tangga sampai ke lantai. Tak ayal lagi seluruh sendi di badanku terasa patah. Kepala ku pusing berat, Bersamaan dengan itu, di telingaku kembali terngiang suara perempuan pembaca mantera tadi. Sambil menahan sakit, aku segera berlari meninggalkan ruangan….
Seminggu setelah kejadian itu, suatu siang aku sedang merapikan beberapa barang yang tertumpuk di koridor gelap depan ruangan. Pak Paulus muncul dengan tiba tiba. Dia berjalan ke arahku dengan rona wajah yang tidak bersahabat. Aku segera aku bangkit untuk memberi salam. Tidak diduga dia malah mengancamku dengan kata-kata yang tidak mengenakan hati.
“Hei you!” katanya sambil menunjuk wajahku. “Gua orang kaya raya, gua ada uang banyak, ribuan setan, arwah leluhur bahkan jin manapun sudah gua panggil dan gua tundukkan, apalagi cuma you manusia kecil!” cecarnya dengan nada sinis.
“Gua, kasih you peringatan! Mahluk besar di lantai empat adalah pelindung gua, seluruh harta gua dia yang jaga, dia amat kuat luar biasa, tidak akan ada yang bisa kalahkan dia punya kekuatan!” bentaknya lagi.
“Karena mahluk mahluk itu gua jadi punya kekuatan besar lebih dari orang lain! Asal you tahu aja ya, gua gak bisa mati!!” lanjutnya dengan jumawa.
“So, jadi you jangan coba-coba ganggu dia punya tempat, apalagi you mau jadi pahlawan kesiangan di sini!” hardiknya pula.
“Kalau you masih butuh makan, you duduk en kerja baik baik seperti si bego lainnya atau you out saja dari sini!” kejarnya lagi sambil telunjuknya terus mendorong keningku keras-keras. Setelah itu dia pergi sambil masih terus mengumpat dengan kata-kata yang sangat kasar.
Penghinaan Pak Paulus memang sungguh menyakiti perasaanku. Harga diriku telah diinjak-injak olehnya. Namun, bukan ini alasan utamaku untuk berhenti bekerja. Demi Tuhan, sejak peristiwa malam itu, bayangan menyeramkan sosok srigala berbadan manusia itu selalu menghantuiku. Bahkan, dengus nafasnya yang berbau busuk itu serasa begitu dekat dengan hidung dan telingaku.
Walau aku sangat membutuhkan pekerjaan, namun kuputskan untuk segera hengkang dari kantor itu. Dan hari itu, aku kembali duduk di sofa depan ruangan Pak Paulus, menunggu giliran masuk seperti tempo hari. Tapi kali ini bukan untuk mengemis minda dipekerjaan, namun aku akan menyerahkan surat pengunduran diri resmi.
Tak lama kemudian aku diizinkan masuk. Ketika berhadapan dengannya, sedikitpun aku tidak mau melihat wajahnya yang amat serupa dengan iblis srigala di lantai empat itu. Sembari mejawab pertanyaannya, dalam hati kupanjatkan doa-doa pendek, serta berusaha tetap menjaga kesadaran pikiranku, agar tidak terpengaruh jampi-jampi lewat tatapan matanya yang tajam menusuk itu.
Sambil disertai dengan sumpah serapah dari mulut Pak Paulus, aku segera keluar meninggalkan ruangannya. Dengan nama Tuhan, aku segera tinggalkan kerajaan setan itu untuk kembali ke kehidupanku yang normal.
Demikianlah sepenggal kisah yang pernah kualami. Sejak 2 tahun meninggalkan perushaan itu, tak pernah sekalipun kudengar kisahnya. Entah apa yang terjadi dengan teman-temanku yang masih coba bertahan di sana. Kabarnya, perushaan garmen itu sudah di ambang kebangkrutan. Pak Paulus sendiri disebut-sebut lebih senang tinggal di villanya yang ada di Seminyak, Bali.
SELESAI..
Pesugihan Kain Mori Mayat
Inilah nasib manusia, hampir tak ada tempat yang tenang untuk berdiam di muka bumi ini. Bahkan sesudah meninggal pun masih saja ada manusia yang usil untuk mengganggunya. Mungkin pembaca masih ingat peristiwa beberapa tahun yang lalu di desa Pelumutan, Purbalingga. Sumanto dengan berani dan nekat mengusik ketenangan mayat nenek Rinah dengan mencuri tubuhnya untuk dimakan. Lain lagi Parman, 40 tahun, (bukan nama sebenarnya), seorang nelayan warga desa Kawunganten, Cilacap. Dia mengusik mayat seseroang dengan maksud hanya untuk mengambil kain morinya sebagai media pesugihan. Parman dengan tega mengabil satu-satunya barang si mayat yang dia bawa ke alam kuburnya, yaitu selembar kain mori.
Sifat nekatnya ini dikarenakan beban hidup yang menghimpit keluarganya. Dia megikuti jalan seperti yang pernah ditempuh oleh temannya yang sekarang menjadi kaya raya. Berkat kenekatan dan keberaniannya, mencuri kain kafan atau mori orang yang mati pada malam Jum’at Kliwon atau Selasa Kliwon, Parman berharap bisa memperoleh apa yang dia inginkan sehingga bisa menjadi kaya raya dan tidak lagi mengontrak rumah mungil di perkampungan nelayan. Ritual ini dianggapnya paling mudah dan sederhana. Karena jika dia berhasil mengambilnya, dia bisa meminta apa saja pada sosok mayat yang diambil morinya itu, sebagai tebusan. Seperti petunjuk Badrun (bukan nama sebenarnya).
“Kenapa harus orang yang mati pada hari Jum’at atau Selasa Kliwon yang digunakan sebagai ritual pesugihan?” Tanya penulis saat itu. Menurutnya, ini sudah menjadi syarat ilmu kejawen dam ritual pesugihan kain mori yang dipercaya sejak dulu.
Berbulan-bulan Parman menunggu dan mengintai orang yang meninggal pada hari tersebut. Tak jarang dia menyelidiki, mencari informasi secara diam-diam hingga ke kampung sebelah. Kalau-kalau ada yang meninggal di hari yang dia harapkan agar bisa digunakan sebagai media ritualnya.
Hingga akhirnya dia menemukan orang meninggal seperti yang diharapkan itu.
“Beruntung sekali aku waktu itu, yang meninggal adalah seorang anak kecil. Sehingga aku bisa dan berani mengambil kain kafannya. Jika saja yang meninggal orang sudah dewasa, mungkin aku tak sanggup untuk mengambilnya. Karena si mayat tidak akan mungkin rela selimutnya (kain penghangat tidurnya) saya ambil. Dia akan mempertahankan kain mori itu sehingga akupun harus berkelahi dengannya di liang kubur,” cerita Parman mengawali kisahnya.
Memang benar, taruhannya nyawa untuk memperoleh dan merebut kain mori yang sedang dipakai oleh si mayat. Diamping harus waspada terhadap orang lain agar tidak diketahui, juga harus mati-matian dalam proses pengambilannya. Ketika menggali kuburan, tidak boleh menggunakan bantuan peralatan apapun. Jadi harus menggunakan kedua tangan. Hal inilah yang harus diperhatikan, agar ritual tidak sia-sia.
Kemudian setelah membuka tali pengikat mori, kita harus secepatnya untuk menarik kain mori tersebut menggunakan gigi. Seberapa pun yang kita dapatkan itulah yang harus kita bawa pulang sebagai media pesugihan. Jadi kita tidak boleh mengambilnya berulang-ulang kali, cukup sekenanya saja. Beruntung jika kita bisa mendapatkan yang cukup lebar sehingga kita bisa semakin kaya.
Menurut Parman jika sang mayat sudah nampak (kelihatan), disinilah kita harus berhati-hati. Karena si mayat akan cepat menyerang kita dan memperthankan kain mori yang digunakan untuk selimut baginya. Percaya atau tidak, setiap orang yang haus akan harta, dan melakukan ritual ini, pasti dia akan berkelahi dengan jasad orang tersebut. Dimana jasad mayat itu mungkin saja telah disusupi oleh roh jahat, sehingga tenaga diapun begitu kuat
“Aku benar-benar tak menyangka kalau mayat itu memiliki tenaga yang berlipat ganda. Jauh lebih besar dari tenaga manusia pada umumnya. Walaupun yang aku ambil kain mori milik anak kecil, tapi tenaga dia seperti orang dewasa. Apalagi jika yang meninggal adalah orang dewasa, sudah pasti aku tak mampu untuk mengambilnya. Pantas saja banyak orang yang tak sanggup dan gagal melakukan ritual ini,” tuturnya kepada penulis.
Jika dia kalah dalam bertarung melawan si mayat, dia kan babak belur bahkan tak jarang dia mengalami cacat tubuh akibat dipukuli oleh mayat dalam liang kubur. Parman saja mengalami luka memar dan biru-biru di sekujur tubuhnya. Oleh karena itu, tak jarang orang yang punya niat mengambil kaim mori milik mayat hanya mendapatkan luka babak belur, tanpa membawa hasil apapun
“Yang jadi masalah, kita harus konsentrasi bagaimana secepatnya bisa mengambil kain mori itu dan melepaskan diri dari dalam liang lahat. Jadi kita sama sekali tak bisa untuk melawannya,” uangkapannya kemudian.
Cerita Parman bisa dimaklumi, disamping menahan takut, dia juga harus menahan pukulan dari si mayat tersebut. Hal ini berlangsung cukup lama, mengingat dalam penggalian serta cara mengambil mori itu hanya menggunakan tangan dan mulut. Karena menurut kepercayaan tak diperbolehkan menggunakan peralatan. Jika telah mendapat kain mori itu, keberhasilan hidup dimasa depan boleh dikatakan sudah di depan mata. Karena menurut Parman, kita bisa meminta apa saja nantinya pada si mayat yang telah kita ambil kain morinya itu. Bagaimana cara mengguankan kain mori yang telah diambilnya dari kuburan, sebagai sarana ritual pesugihan itu? Berikut cerita Parman membeberkan kepada penulis.
“Jika kita sudah mendapatkan mori mayat, sesampainya di rumah langsung kita simpan saja sementara di dalam almari menunggu waktu yang tepat untuk memulainya. Tapi jangan sampai di cuci. Cara menggunakannnya cukup mudah, kain mori tersebut kita jadikan sumbu lampu (templok). Tepat pada jam duabelas, malam Jum’at atau Selasa Kliwon. Dengan sedikit ritual dan mantra tertentu, lalu kita dulut (bakar). Setelah sumbu lampu itu menyala, asap dari sumbu mori itu akan membumbung. Dengan ketajaman si mayat, dia akan mencium di mana selimutnya berada. Sehingga bisa kita pastikan mayat pemilik kain mori tersebut akan muncul mendatangai rumah kita. Dia akan terus memutari rumah kita untuk meminta yang dia sebut selimutnya itu,” papar Parman.
Menurutnya pula, mayat itu akan merengek dan menangis meminta kepada kita. Nah, disaat inilah Parman akan mempermainkan dan memperdayainya untuk kepentingannya, yaitu dengan meminta segala sesuatu yang diinginkannya. Walaupun menurutnya pula, dia selalu merasa berdosa dan tak tega mendengar suara ratapannya itu.
“Waktu pertama saya mencobanya, saya merinding, bahkan ikut menangis. Tapi demi urusan perut dan masa depan keluargaku, ritual tersebut terpaksa aku teruskan. “Menurut Parman, saat dia menyobek kain mori untuk dijadikannya sumbu, ada perasaan lain yang dia rasakan. Perasaa itu semakin santer saat sumbu kain mori mulai disulut di dalam kamarnya. Lalu menyala dan mengeluarkan asap mengepul, memenuhi ruangan. Tiba-tiba dari arah jendela kamar, ada suara ketukan yang dibarengi dengan sebuah tangisan yang menyayat, serta permintaan tolong dari anak kecil.
“Tolong Pak…………….., kembalikan selimutku! Aku kedinginan. Kembalikan selimut satu-satunya miliku yang kamu ambil itu pak. Aku membutuhkannya…… jangan kau ambil miliku itu Pak! Berikan. Aku membutuhkannya……………” suara anak kecil yang berada di luar jendela itu. Parman tahu persis, kalau itu adalah suara sosok mayat yang diambil kain morinya itu. Dia terus memohon sambil menangis.
“Selimutmu akan aku kembalikan padamu, tapi nanti jika aku sudah memiliki rumah sendiri yang bagus. Makanya kamu bantu aku agar aku memiliki rumah bagus sehingga selimutmu segera aku kembalikan.” Janji Parman kepada sosok di luar.
Tak lama suara itu hilang, entah kemana dan Parman langsung mematikan lampu templok tersebut. Aneh tapi benar adanya. Tak begitu lama, Parman mendapatkan ikan saat melaut yang tak masuk akal dalam sepanjang sejarah dia menjadi nelayan. Dia mendapatkan tangkapan yang luar biasa banyaknya. Hal ini berlangsung hampir tiga bulan lamanya. Sehingga pada akhir bulan ketiga, dia benar-benar bisa memiliki rumah sendiri yang bagus. Parman tak mau berhenti hanya di situ. Malam Jum’at Kliwon berikutnya, kembali dia menyulut sumbu kain mori itu lagi. Sehingga kejadian seperti dulupun terulang lagi
“Tolong Pak…………., selimutku kembalikan, aku benar-benar. Aku tak tahan lagi aku tak kuat pak, bantu aku kembalikan selimut itu padaku,” rengeknya lagi. Parmanpun kembali menjanjikannya lagi.
“Kalau kamu ingin aku bantu, kamu juga harus membantuku. Aku menginginkan motor baru, jika kamu bisa membantu, nanti selimutmu akan aku kembalikan,” jawabnya lagi. Kembali suara itu hilang seperti terbawa angin malam Jum’at Kliwon saat itu. Benar-benar luar biasa, entah uang dari mana tapi yang jelas rezeki Parman terus mengalir, sehingga dia benar-benar bisa membeli sebuah sepeda motor baru.
Kini Parman semakin percaya akan keampuhan sumbu kain kafan seperti yang diceritakan Badrun. Pantas Badrun semakin kaya saja. Rupanya jika menginginkan sesuatu dia tinggal menyulut sumbu mori. Lalu empunya akan datang untuk memberinya apa yang dia inginkan, pikir Parman dalam hati. Kehidupan Parman benar-benar berubah drastis. Dia menjadi seorang yang kaya dan terpandang di kampungnya. Parman tak berpikir lagi tentang penderitaan mayat yang dicuri kain kafannya. Termasuk keluarga si mayat yang masih hidup yang tak rela kuburan anaknya di bongkar dan di rusak.
Parman malah semakin serakah dengan tipu muslihatnya memperdaya sukma orang yang mati. Roh yang seharusnya telah tenang di alam sana, masih dia usik kedamaiannya. Bahkan dimintai seabreg urusan duniawi yang ujung-ujungnya hanyalah tipu muslihat Parmana. Selama sumbu kain mori mayat itu masih ada, Parman masih terus bisa memperdaya makhluk halus itu. Dia sendiri tak tahu kapan sumbu itu akan habis sebagai sarana pesugihannya. Bahkan mungkin untuk kesekian puluh kalinya dia menginginkan sesuatu yang benar-benar dramatis. Dia berjanji kepada arwah anak kecil itu, untuk yang terakhir kalinya, kalau dia akan mengembalikan selimutnya jika dirinya telah memiliki sebuah kapal penangkap ikan sendiri, tidak menyewa kepada Bandar ikan lagi.
“Ingat pak, ini adalah janjimu yang terakhir kalinya. Aku juga sudah lelah dijanjikan terus menerus. Aku hanya ingin kamu menepati janji itu.” Ucap sosok bocah dari alam gaib itu sembari pergi.
Aneh bin ajaib, selang beberapa bulan, Parman pun bisa memiliki kapal penangkap ikan sendiri. Hasil lelang dari Bandar kaya di daerahnya. Kini tempat pelelangan ikan, benar-benar seperti telah dikuasainya. Tapi sayang, sifat serakah orang tak pernah hilang dari hatinya. Parman masih menginginkan beberapa bidang tambak di pinggiran teluk.
Malam Jum’at Kliwon kurang tiga hari lagi. Niat hati ingin membakar sumbu pesugihan itu, tapi sayang kapal ikannya justru tenggelam akibat badai dan ombak yang ganas dan tak bisa terselamatkan lagi. Tak hanya itu, rumah Parman beserta perabotannya terbakar habis saat kompor gas yang sedang dipakai memaksa istrinya meledak. Parman benar-benar kecewa, bahkan stress. Kini dia kembali lagi menjadi orang miskin yang hidup menumpang pada orang lain. Dia juga kembali menjadi nelayan buruh pada seseorang
“Percayalah Mas, tak pernah ada untungnya kita mendzalimi orang lain, apalagi orang yang sudah mati. Biarkan mereka tenang dan damai di sisi-Nya. Jangan sekali-kali pengalamanku ini dicontoh orang lagi. Ini hanya untuk mengambil hikmahnya saja bahwa segala sesuatu akan kembali kepada asalnya. Dan semua sudah ditakdirkan serta digariskan oleh-Nya,” tutur Parman yang kini benar-benar telah insaf. Dia merasa selalu dihantui oleh mayat yang dicuri kain kafannya itu.
Sifat nekatnya ini dikarenakan beban hidup yang menghimpit keluarganya. Dia megikuti jalan seperti yang pernah ditempuh oleh temannya yang sekarang menjadi kaya raya. Berkat kenekatan dan keberaniannya, mencuri kain kafan atau mori orang yang mati pada malam Jum’at Kliwon atau Selasa Kliwon, Parman berharap bisa memperoleh apa yang dia inginkan sehingga bisa menjadi kaya raya dan tidak lagi mengontrak rumah mungil di perkampungan nelayan. Ritual ini dianggapnya paling mudah dan sederhana. Karena jika dia berhasil mengambilnya, dia bisa meminta apa saja pada sosok mayat yang diambil morinya itu, sebagai tebusan. Seperti petunjuk Badrun (bukan nama sebenarnya).
“Kenapa harus orang yang mati pada hari Jum’at atau Selasa Kliwon yang digunakan sebagai ritual pesugihan?” Tanya penulis saat itu. Menurutnya, ini sudah menjadi syarat ilmu kejawen dam ritual pesugihan kain mori yang dipercaya sejak dulu.
Berbulan-bulan Parman menunggu dan mengintai orang yang meninggal pada hari tersebut. Tak jarang dia menyelidiki, mencari informasi secara diam-diam hingga ke kampung sebelah. Kalau-kalau ada yang meninggal di hari yang dia harapkan agar bisa digunakan sebagai media ritualnya.
Hingga akhirnya dia menemukan orang meninggal seperti yang diharapkan itu.
“Beruntung sekali aku waktu itu, yang meninggal adalah seorang anak kecil. Sehingga aku bisa dan berani mengambil kain kafannya. Jika saja yang meninggal orang sudah dewasa, mungkin aku tak sanggup untuk mengambilnya. Karena si mayat tidak akan mungkin rela selimutnya (kain penghangat tidurnya) saya ambil. Dia akan mempertahankan kain mori itu sehingga akupun harus berkelahi dengannya di liang kubur,” cerita Parman mengawali kisahnya.
Memang benar, taruhannya nyawa untuk memperoleh dan merebut kain mori yang sedang dipakai oleh si mayat. Diamping harus waspada terhadap orang lain agar tidak diketahui, juga harus mati-matian dalam proses pengambilannya. Ketika menggali kuburan, tidak boleh menggunakan bantuan peralatan apapun. Jadi harus menggunakan kedua tangan. Hal inilah yang harus diperhatikan, agar ritual tidak sia-sia.
Kemudian setelah membuka tali pengikat mori, kita harus secepatnya untuk menarik kain mori tersebut menggunakan gigi. Seberapa pun yang kita dapatkan itulah yang harus kita bawa pulang sebagai media pesugihan. Jadi kita tidak boleh mengambilnya berulang-ulang kali, cukup sekenanya saja. Beruntung jika kita bisa mendapatkan yang cukup lebar sehingga kita bisa semakin kaya.
Menurut Parman jika sang mayat sudah nampak (kelihatan), disinilah kita harus berhati-hati. Karena si mayat akan cepat menyerang kita dan memperthankan kain mori yang digunakan untuk selimut baginya. Percaya atau tidak, setiap orang yang haus akan harta, dan melakukan ritual ini, pasti dia akan berkelahi dengan jasad orang tersebut. Dimana jasad mayat itu mungkin saja telah disusupi oleh roh jahat, sehingga tenaga diapun begitu kuat
“Aku benar-benar tak menyangka kalau mayat itu memiliki tenaga yang berlipat ganda. Jauh lebih besar dari tenaga manusia pada umumnya. Walaupun yang aku ambil kain mori milik anak kecil, tapi tenaga dia seperti orang dewasa. Apalagi jika yang meninggal adalah orang dewasa, sudah pasti aku tak mampu untuk mengambilnya. Pantas saja banyak orang yang tak sanggup dan gagal melakukan ritual ini,” tuturnya kepada penulis.
Jika dia kalah dalam bertarung melawan si mayat, dia kan babak belur bahkan tak jarang dia mengalami cacat tubuh akibat dipukuli oleh mayat dalam liang kubur. Parman saja mengalami luka memar dan biru-biru di sekujur tubuhnya. Oleh karena itu, tak jarang orang yang punya niat mengambil kaim mori milik mayat hanya mendapatkan luka babak belur, tanpa membawa hasil apapun
“Yang jadi masalah, kita harus konsentrasi bagaimana secepatnya bisa mengambil kain mori itu dan melepaskan diri dari dalam liang lahat. Jadi kita sama sekali tak bisa untuk melawannya,” uangkapannya kemudian.
Cerita Parman bisa dimaklumi, disamping menahan takut, dia juga harus menahan pukulan dari si mayat tersebut. Hal ini berlangsung cukup lama, mengingat dalam penggalian serta cara mengambil mori itu hanya menggunakan tangan dan mulut. Karena menurut kepercayaan tak diperbolehkan menggunakan peralatan. Jika telah mendapat kain mori itu, keberhasilan hidup dimasa depan boleh dikatakan sudah di depan mata. Karena menurut Parman, kita bisa meminta apa saja nantinya pada si mayat yang telah kita ambil kain morinya itu. Bagaimana cara mengguankan kain mori yang telah diambilnya dari kuburan, sebagai sarana ritual pesugihan itu? Berikut cerita Parman membeberkan kepada penulis.
“Jika kita sudah mendapatkan mori mayat, sesampainya di rumah langsung kita simpan saja sementara di dalam almari menunggu waktu yang tepat untuk memulainya. Tapi jangan sampai di cuci. Cara menggunakannnya cukup mudah, kain mori tersebut kita jadikan sumbu lampu (templok). Tepat pada jam duabelas, malam Jum’at atau Selasa Kliwon. Dengan sedikit ritual dan mantra tertentu, lalu kita dulut (bakar). Setelah sumbu lampu itu menyala, asap dari sumbu mori itu akan membumbung. Dengan ketajaman si mayat, dia akan mencium di mana selimutnya berada. Sehingga bisa kita pastikan mayat pemilik kain mori tersebut akan muncul mendatangai rumah kita. Dia akan terus memutari rumah kita untuk meminta yang dia sebut selimutnya itu,” papar Parman.
Menurutnya pula, mayat itu akan merengek dan menangis meminta kepada kita. Nah, disaat inilah Parman akan mempermainkan dan memperdayainya untuk kepentingannya, yaitu dengan meminta segala sesuatu yang diinginkannya. Walaupun menurutnya pula, dia selalu merasa berdosa dan tak tega mendengar suara ratapannya itu.
“Waktu pertama saya mencobanya, saya merinding, bahkan ikut menangis. Tapi demi urusan perut dan masa depan keluargaku, ritual tersebut terpaksa aku teruskan. “Menurut Parman, saat dia menyobek kain mori untuk dijadikannya sumbu, ada perasaan lain yang dia rasakan. Perasaa itu semakin santer saat sumbu kain mori mulai disulut di dalam kamarnya. Lalu menyala dan mengeluarkan asap mengepul, memenuhi ruangan. Tiba-tiba dari arah jendela kamar, ada suara ketukan yang dibarengi dengan sebuah tangisan yang menyayat, serta permintaan tolong dari anak kecil.
“Tolong Pak…………….., kembalikan selimutku! Aku kedinginan. Kembalikan selimut satu-satunya miliku yang kamu ambil itu pak. Aku membutuhkannya…… jangan kau ambil miliku itu Pak! Berikan. Aku membutuhkannya……………” suara anak kecil yang berada di luar jendela itu. Parman tahu persis, kalau itu adalah suara sosok mayat yang diambil kain morinya itu. Dia terus memohon sambil menangis.
“Selimutmu akan aku kembalikan padamu, tapi nanti jika aku sudah memiliki rumah sendiri yang bagus. Makanya kamu bantu aku agar aku memiliki rumah bagus sehingga selimutmu segera aku kembalikan.” Janji Parman kepada sosok di luar.
Tak lama suara itu hilang, entah kemana dan Parman langsung mematikan lampu templok tersebut. Aneh tapi benar adanya. Tak begitu lama, Parman mendapatkan ikan saat melaut yang tak masuk akal dalam sepanjang sejarah dia menjadi nelayan. Dia mendapatkan tangkapan yang luar biasa banyaknya. Hal ini berlangsung hampir tiga bulan lamanya. Sehingga pada akhir bulan ketiga, dia benar-benar bisa memiliki rumah sendiri yang bagus. Parman tak mau berhenti hanya di situ. Malam Jum’at Kliwon berikutnya, kembali dia menyulut sumbu kain mori itu lagi. Sehingga kejadian seperti dulupun terulang lagi
“Tolong Pak…………., selimutku kembalikan, aku benar-benar. Aku tak tahan lagi aku tak kuat pak, bantu aku kembalikan selimut itu padaku,” rengeknya lagi. Parmanpun kembali menjanjikannya lagi.
“Kalau kamu ingin aku bantu, kamu juga harus membantuku. Aku menginginkan motor baru, jika kamu bisa membantu, nanti selimutmu akan aku kembalikan,” jawabnya lagi. Kembali suara itu hilang seperti terbawa angin malam Jum’at Kliwon saat itu. Benar-benar luar biasa, entah uang dari mana tapi yang jelas rezeki Parman terus mengalir, sehingga dia benar-benar bisa membeli sebuah sepeda motor baru.
Kini Parman semakin percaya akan keampuhan sumbu kain kafan seperti yang diceritakan Badrun. Pantas Badrun semakin kaya saja. Rupanya jika menginginkan sesuatu dia tinggal menyulut sumbu mori. Lalu empunya akan datang untuk memberinya apa yang dia inginkan, pikir Parman dalam hati. Kehidupan Parman benar-benar berubah drastis. Dia menjadi seorang yang kaya dan terpandang di kampungnya. Parman tak berpikir lagi tentang penderitaan mayat yang dicuri kain kafannya. Termasuk keluarga si mayat yang masih hidup yang tak rela kuburan anaknya di bongkar dan di rusak.
Parman malah semakin serakah dengan tipu muslihatnya memperdaya sukma orang yang mati. Roh yang seharusnya telah tenang di alam sana, masih dia usik kedamaiannya. Bahkan dimintai seabreg urusan duniawi yang ujung-ujungnya hanyalah tipu muslihat Parmana. Selama sumbu kain mori mayat itu masih ada, Parman masih terus bisa memperdaya makhluk halus itu. Dia sendiri tak tahu kapan sumbu itu akan habis sebagai sarana pesugihannya. Bahkan mungkin untuk kesekian puluh kalinya dia menginginkan sesuatu yang benar-benar dramatis. Dia berjanji kepada arwah anak kecil itu, untuk yang terakhir kalinya, kalau dia akan mengembalikan selimutnya jika dirinya telah memiliki sebuah kapal penangkap ikan sendiri, tidak menyewa kepada Bandar ikan lagi.
“Ingat pak, ini adalah janjimu yang terakhir kalinya. Aku juga sudah lelah dijanjikan terus menerus. Aku hanya ingin kamu menepati janji itu.” Ucap sosok bocah dari alam gaib itu sembari pergi.
Aneh bin ajaib, selang beberapa bulan, Parman pun bisa memiliki kapal penangkap ikan sendiri. Hasil lelang dari Bandar kaya di daerahnya. Kini tempat pelelangan ikan, benar-benar seperti telah dikuasainya. Tapi sayang, sifat serakah orang tak pernah hilang dari hatinya. Parman masih menginginkan beberapa bidang tambak di pinggiran teluk.
Malam Jum’at Kliwon kurang tiga hari lagi. Niat hati ingin membakar sumbu pesugihan itu, tapi sayang kapal ikannya justru tenggelam akibat badai dan ombak yang ganas dan tak bisa terselamatkan lagi. Tak hanya itu, rumah Parman beserta perabotannya terbakar habis saat kompor gas yang sedang dipakai memaksa istrinya meledak. Parman benar-benar kecewa, bahkan stress. Kini dia kembali lagi menjadi orang miskin yang hidup menumpang pada orang lain. Dia juga kembali menjadi nelayan buruh pada seseorang
“Percayalah Mas, tak pernah ada untungnya kita mendzalimi orang lain, apalagi orang yang sudah mati. Biarkan mereka tenang dan damai di sisi-Nya. Jangan sekali-kali pengalamanku ini dicontoh orang lagi. Ini hanya untuk mengambil hikmahnya saja bahwa segala sesuatu akan kembali kepada asalnya. Dan semua sudah ditakdirkan serta digariskan oleh-Nya,” tutur Parman yang kini benar-benar telah insaf. Dia merasa selalu dihantui oleh mayat yang dicuri kain kafannya itu.
Hantu Cewek SMA yang Bunuh Diri
Dulu aku pernah tinggal di sebuah rumah (itu ngontrak). Rumahnya lumayang gede, dan di tengah2 rumah itu ada taman yang cukup gede. Karena nyokapku suka sama tanaman, taman itu diisi sama banyak tanaman, tapi karena baru pindah, tanaman nyokapku di pindahin sedikit demi sedikit. Waktu itu aku masih umur 9 tahunan lah ..
Pas malem-malem mobil yang ngebawa tanaman nyokapku itu dateng (itu sekitar jam 11-an lah). Sebenarnya aku udah tidur, tapi suara mobilnya itu berisik banget, aku pun bangun, dan karena ga tau mau ngapain, aku akhirnya bantuin nyokap buat mindahin tanaman dari mobil ke taman.
Pas itu nyokapku minta tolong aku buat ngangkatin tanamannya karena nyokapku udah ngantuk. Akhirnya aku dan kakak ku ngengkat tanaman bareng2, tapi kadang kakak ku nonton sebentar (nonton bola), akhirnya aku sendiri yang ngangkat tuh tanaman. Pas aku mau ngangkat salah satu tanaman ke ujung taman, aku ngeliat sesosok bayangan putih di pohon tua yang ada di ujung taman itu. Aku langsung lari ke kakakku, aku nangis (yah .. biasalah anak kecil) tapi aku gak cerita kejadian itu ke kakakku.
Besoknya aku coba kenalan sama tetangga, aku dapet 1 teman namanya Inggi (nama samaran). Terus aku ajak dia ke rumah. Tapi pas dia masuk ke kamar aku, muka dia langsung berubah pucet. Aku tanya "Kenapa Nggi?". Terus dia bilang "Ng-ng-nggak pappa kok!". Tiba2 dia langsung pingin pulang, dia bilang ke aku "Reff! aku pulang dulu ya! aku belum ngerjain pr nih!". Mau nggak mau, aku pun bilang "Ya udah, nanti lain kali ke sini lagi ya", tapi dia ga ngejawab. Dia lari ke rumahnya yang jaraknya sekitar 2 rumah dari rumahku.
Singkat cerita, ini adalah puncaknya (menurutku ya ..!)
Waktu itu malem Jumat keliwon. Aku sama sodara ku tidur berdua di ruang keluarga untuk nonton sebuah film horor di tv. Di rumahku itu waktu itu cuma ada aku, sodaraku dan nenekku. Aku udah nggak sabaran aja pingin nonton, eh tiba2 lampu mati. Aku teriak manggil nenek, "Neneeek!! tolong dong nyalain lampu". Lalu nggak berapa lama lampu nyala.
Aku mau ke tempat kontak lampu buat bilang makasih ke nenek, kebetulan kontak lampu ada di luar, tepatnya di deket gudang. Pas aku ke luar, tiba2 ada mahkluk putih di depan kontak lampu. Aku kaget setengah mati, lalu aku lari untuk ngasih tau ke sodara aku. Tiba2 saat aku lari, seperti ada yang ngikutin aku lari. Aku noleh ke belakang, ternyata ada cewek pake baju seragam SMA lagi gendong bayi yang berjalan keluar..
Karena aku heran, aku pun ngikutin dia sampai ke luar. Saat aku ada di tanah yang agak nonjol ke atas, tiba2 cewek itu ngilang gitu aja, terus tiba2 kakiku di tarik sampe lutut. Terus aku ngeliat cewek yang tadi aku liat itu, dia lagi di depan kontak lampu. Aku langsung coba lari dan langsung tutup pintu rumah dan masuk ke kamar nyokapku.
Singkat cerita, besoknya aku cerita ke Inggi, dan ternyata emang di situ ada cewek bunuh diri gara2 anaknya kesetrum di kontak lampu (di strumin oleh ayahnya, karena mereka masih SMA, namun sudah hamil), akhirnya cewek itu bunuh diri.
Sekian Dan Terima Kasih
Akibat Pesugihan Wanita Buntung Berbau Bangkai
Kisah nyata ini dialami seorang pelaku, sebut aja namanya Suganda. Akibat kemiskinan yang mendera hidupnya. Diapun nekad bersekutu dengan iblis berwujud perempuan cantik berkaki buntung dan berbau sangat busuk. Apa yang terjadi kemudian....?
Awal musim penghujan di ahir tahun. Udara dingin setelah hujan turun lebat siang tadi. Suganda berserta istrinya sedang menikmati secangkir kopi panas. Mereka berkeluh kesah masalah genteng rumahnya yang selalu bocor bila hujan turun. Karena keadaan ini, didalam hatinya kadang-kadang Suganda meratap pilu menyaksikan keadaan rumahnya yang seperti itu. Bukan tidak ingin memperbaikinya, namun Ia tidak berdaya membeli sarananya. Bisa makan saja udah untung!. Kadang-kadang Dia merasa malu pada tetangganya, sebagai anak tunggal, Suganda tidak bisa merawat rumah peninggalan orang tuanya. Maklum saja, penghasillannya yang hanya mengandalkan memancing kepiting dirawa, cuma cukup untuk makan sehari-hari keluarganya. Tidak ada uang lebih untuk merehab rumahnya. Bahkan, karena atas rumah yang bocor disana sini, pernah Ia sekeluarga harus tidur ditutupi plastik agar terhindar dari air hujan yang menerobos genteng. Semenjak ditinggal kedua orang tuanya, kehidupan Suganda memang terasa timpang. Tidak ada lagi tempat mengadu, dan tidak ada lagi tempat meminta bantuan. Bahkan karena ketiadaan kedua orang tuanya, Dia menjadi bulan-bulanan kemarahan pamannya setahun lalu, akibat almarhum bapaknya masih punya utang 1juta rupiah kepada pamannya itu. Bukannya tidak mau membayar, tapi apa yang harus dibayarkan. Suganda tidak pernah punya uang sebanyak itu. Munhkin bagi orang yang mampu apalah artinya uang 1juta rupiah, bila dibandingkan dengan pentingnya tali persaudaraan. Apalagi tidak sedikit jasa bapaknya dalam mengurus sawah atau tambak milik pamannya itu. Karena tak kuat menanggung derita akibat kemiskinan, pada suatu hari, Suganda pamit kepada istrinya untuk berkerja dijakarta. Suganda membulatkan tekad, dia tidak akan pulang sebelum berhasil. Kini uang sisa ongkos mobil disakunya tinggal tiga puluh ribu perak, sebelum sampai di Jakarta Suganda turun dari mobil angkutan umum yang membawanya, dia tidak tahu arah atau alamat mana yang akan ia tuju. Tampa tujuan yang pasti, dia lalu berjalan kearah barat menyusuri jalan raya. Setelah jauh berjalan, didorong oleh nalurinya dia kemudian masuk kejalan desa yang belum beraspal. Terus berjalan kearah utara . Ya, Suganda berjalan diatas pematang sawah. Setelah memasuki alam perdesaan dia memberanikan diri untuk bertanya pada seseorang. Kebetullan saat itu ada orang tua yang sedang mencangkul sawahnya.
"Permisi, maap menganggu sebentar, pak" ujar Suganda. Lelaki tua itu menghentikan pekerjaannya, sikakek menatap tamunya.. siapa ya? sapanya. Namanya saya Suganda pak! jawab Suganda. Setelah saling memperkenalkan diri kemudian mereka saling berbincang-bincang. Hal ini memudahkan Suganda untuk mengutarakan isi hatinya. Kasian kali nasibmu, nak!! ujar sang kakek. Maap bukannya uwak menyuruhmu keluar dari ajaran agama. Uwak hanya sekedar menunjukkan jalan saja.Kesananya uwak tidak bertanggung jawab lagi. Segala dosa biar saya tanggung sendir kek! tegas Suganda. Lalu lelaki tua itu menyebutkan tempat yang harus dituju, jaraknya sekitar 5km lagi. Tempat itu tidak bisa dimasuki kendaraan roda4 atau 2. Selain jalannya hanya selebar pematang sawah, juga agak menanjak keatas bukit.
Sekitar 45 menit berjalan, ahirnya Suganda menemukan tempat yang ditunjukan lelaki tua itu. Suasana ditempat itu memang sangat mencengkam. Mungkin bagi mereka yang datang dengan tekad asal-asalan pasti akan pulang lagi. Bukit tempat mencari pesugihan itu tidak ada yang mengurusnya, seperti kuncen yang biasa menghubungkan antara penghuni alam gaib dengan sang pelaku. Disini semua dilakukan sendiri oleh sang pelaku. Bukit gaib tersebut dihuni oleh sosok seorang wanita jelita, tapi sebelah kakinya buntung, setiap menjelang kehadirannya selalu ditandai oleh bau busuk bangkai yang sangat menyengat. Ketika menjelang malam Suganda sudah duduk bersemedi dibawah pohon beringin tua. Malam pertama lakunya belum menghasilkan apa-apa. Memasuki malam kedua, ditengah malam suganda dihampiri sesosok gaib lelaki tua berjubah putih. Lelaki tua tersebut menyuruh Suganda pulang karena sedang ditunggu anak istrinya. Tetapi Suganda tidak berpengaruh dia tetap khusuk dalam semedinya.
Sampai mengijak malam kelima, menjelang tengah malam Suganda didatangi sosok yang mirip almarhum ibunya, yang menyuruhnya segera pulang, tapi Suganda tetap pada semedinya. Setelah gagal membujuk pulang sosok yang mirip ibunya itu berubah menjadi sosok wanita yang cantik jelita. " Ganda, keinginanmu segera terkabul, tapi kau pun harus bersedia menyediakan segala keinginan aku!" ujar wanita itu. Saya sangup, nyai.. Kata Suganda. Bawa modal dariku, ini nah terimalah! sambil menyodorkan sesuatu kepada Suganda, dan lelaki itupun menerimanya. Peristiwa gaib itu begitu cepat berlalu, saat fajar menyingsing , Suganda membuka tangan kanannya, ingin tahu apa yang telah diberikan oleh wanita cantik tadi malam. Ternyata cuma uang kertas dengan nominal 50ribuan. Suganda tidak tahu kegunaan uang tersebut. Ketika dia sedang bingung, tiba-tiba terdengar suara tampa rupa." Belanjakan uang itu,nanti kamu akan tahu kasiatnya"!. Setelah mendengar suara tersebut Suganda segera turun meninggalkan bukit tersebut. Dalam perjalanan pulang Suganda mampir disebuah rumah makan, selesai makan Suganda membayar dengan uang pemberian siputri tadi. Alangkah senangnya ia ketika pemilik warung menerimanya. Lantas dia tersentak kaget ketiga pemilik warung tersebut menyodorkan uang kembaliannya dengan jumlah yang banyak sekali. Dan setelah dihitung diluar jumlah sembilan puluh lima ribu rupiah. Semenjak ia termenung,menyingkapi apa yang telah terjadi. Yang tak kalah aneh, uang ajimat itu, sudah ada kembali disakunya.. sungguh sulit dimengerti..!
Hari itu, Saat tiba dirumahnya Suganda disambut tangisan hetris istrinya. Anak lelakinya yang nomer dua telah meninggal dunia. Suganda tahu siapa yang telah merenggut jiwa anaknya. Walaupun dia merasa sedih, tapi dia tidak bisa mengubah keadaan.Ringkas cerita, setahun setelah anaknya meninggal, kehidupan suganda sudah berubah deratis. Hartanya semakin menumpuk,dan pamornya berubah. Umumnya, lelaki banyak uang, selalu berpenampillan lain dari yang lain, keinginannya kadang-kadang tidak mengukur keadaan dirinya yang sudah mulai melemah. Begitupun suganda, dia mulai melirik wanita lain, dia mencari yang lebih muda yang lebih memikat hatinya. Hingga pada suatu hari, dia lupa bahwa malam itu adalah malam rutin kedatangan iblis wanita buntung yang memberinya kekayaan. malam itu suganda terlelap oleh buaian wanita nakal langganannya. Akibat terlalu banyak minum-minuman keras, dia melupakan malam ritualnya. Suganda tergolek lemas diranjang gundiknya sampai pagi. Ketika dia merongoh dompetnya, dengan masud akan memberikan uang kepada wanita simpanannya. Suganda tersentak kaget, seluruh isi dompetnya hilang, begitu juga uang jimatnya. yang tersisa tinggal STNK,KTP,dan SIM. Ketika tiba dirumah Suganda bertambah kaget ketika semua uangnya yang ia simpan dilemari khusus, semuanya juga ikut raib. Suganda lemas menyaksikan kejadian itu, dia tidak menyangka akibatnya sepatal itu. Ringkas cerita, perlahan tapi pasti Suganda kembali hidup miskin, tahun berikutnya istrinya meninggal dunia,setelah menderita sakit yang kompleks. Rumahnya terpaksa dijual untuk biaya berobat istrinya. Habis sudah harta Suganda. Kini dia mengarungi sisa hidupnya yang penuh dosa dengan hanya tinggal disebuah gubuk dibantaran irigasi. Makan dan minum tergantung belas kasih para saudaranya dan tetangganya. Akankah adzab Tuhan diaherat nanti lebih menyakitkan dari pada azab didunia? jawabannya hanya tuhan yang tahu.
Awal musim penghujan di ahir tahun. Udara dingin setelah hujan turun lebat siang tadi. Suganda berserta istrinya sedang menikmati secangkir kopi panas. Mereka berkeluh kesah masalah genteng rumahnya yang selalu bocor bila hujan turun. Karena keadaan ini, didalam hatinya kadang-kadang Suganda meratap pilu menyaksikan keadaan rumahnya yang seperti itu. Bukan tidak ingin memperbaikinya, namun Ia tidak berdaya membeli sarananya. Bisa makan saja udah untung!. Kadang-kadang Dia merasa malu pada tetangganya, sebagai anak tunggal, Suganda tidak bisa merawat rumah peninggalan orang tuanya. Maklum saja, penghasillannya yang hanya mengandalkan memancing kepiting dirawa, cuma cukup untuk makan sehari-hari keluarganya. Tidak ada uang lebih untuk merehab rumahnya. Bahkan, karena atas rumah yang bocor disana sini, pernah Ia sekeluarga harus tidur ditutupi plastik agar terhindar dari air hujan yang menerobos genteng. Semenjak ditinggal kedua orang tuanya, kehidupan Suganda memang terasa timpang. Tidak ada lagi tempat mengadu, dan tidak ada lagi tempat meminta bantuan. Bahkan karena ketiadaan kedua orang tuanya, Dia menjadi bulan-bulanan kemarahan pamannya setahun lalu, akibat almarhum bapaknya masih punya utang 1juta rupiah kepada pamannya itu. Bukannya tidak mau membayar, tapi apa yang harus dibayarkan. Suganda tidak pernah punya uang sebanyak itu. Munhkin bagi orang yang mampu apalah artinya uang 1juta rupiah, bila dibandingkan dengan pentingnya tali persaudaraan. Apalagi tidak sedikit jasa bapaknya dalam mengurus sawah atau tambak milik pamannya itu. Karena tak kuat menanggung derita akibat kemiskinan, pada suatu hari, Suganda pamit kepada istrinya untuk berkerja dijakarta. Suganda membulatkan tekad, dia tidak akan pulang sebelum berhasil. Kini uang sisa ongkos mobil disakunya tinggal tiga puluh ribu perak, sebelum sampai di Jakarta Suganda turun dari mobil angkutan umum yang membawanya, dia tidak tahu arah atau alamat mana yang akan ia tuju. Tampa tujuan yang pasti, dia lalu berjalan kearah barat menyusuri jalan raya. Setelah jauh berjalan, didorong oleh nalurinya dia kemudian masuk kejalan desa yang belum beraspal. Terus berjalan kearah utara . Ya, Suganda berjalan diatas pematang sawah. Setelah memasuki alam perdesaan dia memberanikan diri untuk bertanya pada seseorang. Kebetullan saat itu ada orang tua yang sedang mencangkul sawahnya.
"Permisi, maap menganggu sebentar, pak" ujar Suganda. Lelaki tua itu menghentikan pekerjaannya, sikakek menatap tamunya.. siapa ya? sapanya. Namanya saya Suganda pak! jawab Suganda. Setelah saling memperkenalkan diri kemudian mereka saling berbincang-bincang. Hal ini memudahkan Suganda untuk mengutarakan isi hatinya. Kasian kali nasibmu, nak!! ujar sang kakek. Maap bukannya uwak menyuruhmu keluar dari ajaran agama. Uwak hanya sekedar menunjukkan jalan saja.Kesananya uwak tidak bertanggung jawab lagi. Segala dosa biar saya tanggung sendir kek! tegas Suganda. Lalu lelaki tua itu menyebutkan tempat yang harus dituju, jaraknya sekitar 5km lagi. Tempat itu tidak bisa dimasuki kendaraan roda4 atau 2. Selain jalannya hanya selebar pematang sawah, juga agak menanjak keatas bukit.
Sekitar 45 menit berjalan, ahirnya Suganda menemukan tempat yang ditunjukan lelaki tua itu. Suasana ditempat itu memang sangat mencengkam. Mungkin bagi mereka yang datang dengan tekad asal-asalan pasti akan pulang lagi. Bukit tempat mencari pesugihan itu tidak ada yang mengurusnya, seperti kuncen yang biasa menghubungkan antara penghuni alam gaib dengan sang pelaku. Disini semua dilakukan sendiri oleh sang pelaku. Bukit gaib tersebut dihuni oleh sosok seorang wanita jelita, tapi sebelah kakinya buntung, setiap menjelang kehadirannya selalu ditandai oleh bau busuk bangkai yang sangat menyengat. Ketika menjelang malam Suganda sudah duduk bersemedi dibawah pohon beringin tua. Malam pertama lakunya belum menghasilkan apa-apa. Memasuki malam kedua, ditengah malam suganda dihampiri sesosok gaib lelaki tua berjubah putih. Lelaki tua tersebut menyuruh Suganda pulang karena sedang ditunggu anak istrinya. Tetapi Suganda tidak berpengaruh dia tetap khusuk dalam semedinya.
Sampai mengijak malam kelima, menjelang tengah malam Suganda didatangi sosok yang mirip almarhum ibunya, yang menyuruhnya segera pulang, tapi Suganda tetap pada semedinya. Setelah gagal membujuk pulang sosok yang mirip ibunya itu berubah menjadi sosok wanita yang cantik jelita. " Ganda, keinginanmu segera terkabul, tapi kau pun harus bersedia menyediakan segala keinginan aku!" ujar wanita itu. Saya sangup, nyai.. Kata Suganda. Bawa modal dariku, ini nah terimalah! sambil menyodorkan sesuatu kepada Suganda, dan lelaki itupun menerimanya. Peristiwa gaib itu begitu cepat berlalu, saat fajar menyingsing , Suganda membuka tangan kanannya, ingin tahu apa yang telah diberikan oleh wanita cantik tadi malam. Ternyata cuma uang kertas dengan nominal 50ribuan. Suganda tidak tahu kegunaan uang tersebut. Ketika dia sedang bingung, tiba-tiba terdengar suara tampa rupa." Belanjakan uang itu,nanti kamu akan tahu kasiatnya"!. Setelah mendengar suara tersebut Suganda segera turun meninggalkan bukit tersebut. Dalam perjalanan pulang Suganda mampir disebuah rumah makan, selesai makan Suganda membayar dengan uang pemberian siputri tadi. Alangkah senangnya ia ketika pemilik warung menerimanya. Lantas dia tersentak kaget ketiga pemilik warung tersebut menyodorkan uang kembaliannya dengan jumlah yang banyak sekali. Dan setelah dihitung diluar jumlah sembilan puluh lima ribu rupiah. Semenjak ia termenung,menyingkapi apa yang telah terjadi. Yang tak kalah aneh, uang ajimat itu, sudah ada kembali disakunya.. sungguh sulit dimengerti..!
Hari itu, Saat tiba dirumahnya Suganda disambut tangisan hetris istrinya. Anak lelakinya yang nomer dua telah meninggal dunia. Suganda tahu siapa yang telah merenggut jiwa anaknya. Walaupun dia merasa sedih, tapi dia tidak bisa mengubah keadaan.Ringkas cerita, setahun setelah anaknya meninggal, kehidupan suganda sudah berubah deratis. Hartanya semakin menumpuk,dan pamornya berubah. Umumnya, lelaki banyak uang, selalu berpenampillan lain dari yang lain, keinginannya kadang-kadang tidak mengukur keadaan dirinya yang sudah mulai melemah. Begitupun suganda, dia mulai melirik wanita lain, dia mencari yang lebih muda yang lebih memikat hatinya. Hingga pada suatu hari, dia lupa bahwa malam itu adalah malam rutin kedatangan iblis wanita buntung yang memberinya kekayaan. malam itu suganda terlelap oleh buaian wanita nakal langganannya. Akibat terlalu banyak minum-minuman keras, dia melupakan malam ritualnya. Suganda tergolek lemas diranjang gundiknya sampai pagi. Ketika dia merongoh dompetnya, dengan masud akan memberikan uang kepada wanita simpanannya. Suganda tersentak kaget, seluruh isi dompetnya hilang, begitu juga uang jimatnya. yang tersisa tinggal STNK,KTP,dan SIM. Ketika tiba dirumah Suganda bertambah kaget ketika semua uangnya yang ia simpan dilemari khusus, semuanya juga ikut raib. Suganda lemas menyaksikan kejadian itu, dia tidak menyangka akibatnya sepatal itu. Ringkas cerita, perlahan tapi pasti Suganda kembali hidup miskin, tahun berikutnya istrinya meninggal dunia,setelah menderita sakit yang kompleks. Rumahnya terpaksa dijual untuk biaya berobat istrinya. Habis sudah harta Suganda. Kini dia mengarungi sisa hidupnya yang penuh dosa dengan hanya tinggal disebuah gubuk dibantaran irigasi. Makan dan minum tergantung belas kasih para saudaranya dan tetangganya. Akankah adzab Tuhan diaherat nanti lebih menyakitkan dari pada azab didunia? jawabannya hanya tuhan yang tahu.
Ada Jin Yang Punya Twitter dan Bisa Meramal
Prabumulih Community - Beberapa hari ini ada berita yang cukup menggemparkan. Sebuah akun Twitter bernama @s_2017_s mengaku sebagai jin dan saat berita ini ditulis sudah memiliki lebih dari 190.000 followers. Dalam sudut pandang agama Islam, jin adalah salah satu makhluk gaib yang keberadaannya kasat mata dan tersembunyi. Kehadiran akun Twitter ini jelas membuat geger.
Dengan tulisan Ana Jini Haqiqi (Saya Adalah Jin Asli) pada profile, jelas mengundang banyak reaksi. Akun yang mengaku sebagai jin ini selalu berkicau dengan tweet yang memakai bahasa Arab gundul dan bahasa Inggris. Namun, beberapa waktu ini, akun @s_2017_s menggunakan bahasa Indonesia. Inilah tweet yang pernah dia tulis:
"Kepada semua manusia, saya adalah jin pertama yang menggunakan Twitter. Beberapa orang mungkin berpikir saya bohong dan saya adalah manusia. Sebenarnya saya adalah jin asli dan nyata, Anda akan melihat keajaiban masa depan di dalam akun Twitter saya,"
Berita yang disampaikan Daily Ajel menjelaskan bahwa seseorang yang penasaran berusaha menghubungi @s_2017_s dengan nama samaran, untuk memeriksa apakah pemilik akun ini adalah manusia atau siapa. Yang mengejutkan, pemilik akun @s_2017_s tahu semua informasi pribadi orang tersebut, mulai nama asli dan tempat tinggal lengkap.
Beberapa waktu lalu, @s_2017_s bahkan meletakkan sebuah foto dengan tulisan berbahasa Indonesia:
Di bagian bawah tanah ini ada setengah harta dunia. Jutaan gram emas. Pemilik meninggal 1.500 tahun yang lalu.
Belum diketahui lokasi foto tanah dan rumput tersebut. Fenomena ini cukup menarik, karena @s_2017_s baru berkicau 337 kali tetapi pengikutnya sudah hampir 200.000.
Cerita Rumah Angker di Magelang (Kisah Nyata)
Ada cerita rumah berhantu lagi di daerah Magelang. Rumah angker ini diceritakan oleh user kaskus dengan ID basskumuni (nama asli tidak ditampilkan) yang tinggal di kamar paling keramat dalam rumah itu dari kecil hingga masa SMA. Banyak pengalaman gaib yang dialami selama bertahun-tahun tinggal di rumah itu, terutama bagian kamar yang dia huni. Cerita hantu ini sama seramnya dengan kisah 4 tahun tinggal di Rumah Hantu Cimanggis namun dengan tulisan yang lebih pendek dan ringkas. Kita simak kisah nyata penuturan sang penghuni rumah angker daerah Magelang ini.
Cerita Rumah Angker di Magelang (Kisah Nyata)
Rumah ane ada di Kab. Magelang Jawa Tengah, yang ane tempatin sejak ane lahir, ane anak ke 2 dari 3 bersaudara, ane juga punya adik angkat bernama Leo yang sekarang masuk RSJ (nanti ane critain kenapa bisa masuk RSJ), sekarang ane dan 2 saudara ane lainya tinggal di luar kota, sampai saat ini rumah itu masih ditinggali sama kedua orang tua ane.. kalau ane libur, ane pulang, atau orang tua ane yang berkunjung ke tempat ane,Singkat cerita, ada satu ruangan (kamar) di rumah itu yang ane tempatin dari kecil, dan terakhir ditempatin sama adek angkat ane, karena ane dan adek kandung ane nglanjutin kuliah diluar kota, sekarang kamar itu sudah dibongkar, nah kenapa dibongkar?? ini masalahnya,,
Dulu waktu ane kecil (masih SD kelas 1) ane lagi asik mengerjakan PR ditemani Ibu tercinta, waktu itu Ibu ane lagi ngoreksi hasil ujian, maklum Ibu ane guru SD (agak miris karena ane muridnya juga, jadi ga bisa bolos, dan ga bisa nyontek PR temen ) malam itu ane dah disuruh tidur, tapi karna PR blom selesai, ane kaga mau, akhirnya jam dinding bunyi, tandanya udah jam 12 malem, nah saat itu juga ane melihat tangan seukuran orang dewasa tepat di depan ane (pas di tembok kamar ane bagian luar), ane kaget sambil nangis , Ibu ane sontak kaget dan langsung mengambil sapu di dekatnya dan langsung memukul tangan itu sambil baca doa, tapi tangan itu bertambah banyak hingga puluhan, setelah beberapa saat tangan2 itu mulai menghilang satu-persatu, trus ane langsung tidur meski sampai saat ini ane masih trauma gan ... subhanallah..
Setelah kejadian itu, bapak ane sering banget ngamuk tanpa sebab, ane sama adik ane sering sakit2an gan, sial berkali2, kepala ane dah 3 kali bocor dirumah itu, suka kejang2, ane dan adik angkat ane juga pernah lari keluar rumah sambil merem alias ga sadar, kesurupan dan yang paling parah kesiram air panas bareng sama adek ane pas pembantu ane ngambil air dari teko yang sedianya mau disimpan di tremos.. tidak ada alasan jelas kenapa pembantu ane melempar itu teko ke tubuh kami, 2 bulan kaga bisa apa2..Akhirnya tahun demi tahun berlalu, kejadian2 kecil sering terjadi, seperti yang diceritakan sama tetangga ane yang katanya melihat maling yang mau nyolong dirumah ane, tiba2 lari terbirit-birit setelah mencongkel jendela, padahal rumah ane dalam keadaan kosong dan sepi karna semua keluarga keluar kota, maling itu ketakutansetelah berhasil membuka jendela, entah apa yang dilihatnya, saat lari pun si maling tiba2 terjatuh berkali2 seperti ada yang menendang..
Lama-lama kluarga ane mulai cemas dengan keadaan rumah gan, suatu hari keluarga ane kedatangan tamu dari Malang, beliau simbah ane yang tergolong orang pinter, saat itu ane duduk di bangku SMA, setelah berkonsultasi sama simbah, katanya disitu ada beberapa jimat/pusaka yang tertanam di bawah pondasi rumah, entah dari mana datangnya, namun diperkirakan sudah ada sebelum rumah dibangun, dan kabarnya yang tinggal disitu banyak banget gan, termasuk salah satunya sosok orang tua bersorban putih yang konon penghuni rumah ane yang paling kuat .
Akhirnya simbah ane menyarankan agar setiap malam jum'at dibuatkan kopi hitam yang nantinya ditaroh di kamar ane, (ane tetep nekat nempatin kamar itu, meski keadaanya ga beres) dan kopi tersebut paginya harus disiramkan di depan kamar ane. hari demi hari kami lalui seperti itu, bikin kopi, dibuang, bikin kopi lalu dibuang lagi. akhirnya saat ane kelas 3 SMA, ane mulai menyarankan ke keluarga, kebiasaan buang kopi itu dihilangkan saja,karena bisa saja kita tergolong musrik/memposisikan kita dibawah mereka.*sok pinter ane
Nah... setelah rundingan lama, ane sok ceramah, akhirnya keluarga ane setuju untuk menghilangkan kebiasaan itu, TAPI... ini ternyata jadi masalah besar.. masih inget diawal ane sebutin adik angkat ane yang bernama leo masuk RSJ..??
Begini critanya, setelah ane melarang ritual kopi, ane jadi sering ngalamin kejadian2 aneh, rambut dijambak waktu tidur, trus denger tangisan cewek, muncul sosok puluhan wajah dari tembok kamar yang seakan mereka lagi berbincang-bincang, penampakan tengkorak, puluhan kelelawar masuk kamar dll, tapi ane tetep nekat nempati itu kamar, karena itu kamar paling gede dirumah ane.
Pada suatu hari, tibalah saat ane lulus SMA, ane kuliah disemarang, kamar itu ditempatin Leo adik angkat ane yang baru pulang dari flores, Leo tergolong siswa SMK yang rajin dan pintar, bahkan dia masuk rangking 3 besar di kelasnya, suatu ketika, entah kenapa tanpa sebab Leojarang bicara, dan sesekali ketawa ga jelas, bahkan suatu malam sempat dia ngamuk, semua barang dikamar dibanting, waktu kejadian itu dirumah hanya ada adik kandung ane sendirian, adik kandung ane Cuma bisa mumpet dikamarnya karena takut, maklum Leo orang Flores yang badanya Gede, bahkan kamar ane nyaris dibakar sama dia, semua pakaian dalam lemari dikeluarkanya lalu dibakar tepat didalam kamar yang dia kunci dari dalam.Melihat asap keluar dari kamar, adik kandung ane langsung teriak "kebakaran-kebakaran", beberapa tetangga datang, langsung mencongkel pintu dan langsung memadamkan itu api. yang bikin kaget lagi, setelah kejadian itu, Leo malah jadi anak yang rajin ke masjid, shalat, puasa, dan suka ceramah sendiri, namun, suara yang keluar dari Leo sudah beda, menyerupai orang tua dan wajahnya mirip orang sakit stroke, bibirnya susah buat ngomong.
Akhirnya setelah beberapa hari, tiba2 Leo sudah berubah karakter, jadi suka ngamuk, sebelumnya memang pernah mengamuk, tapi ini beda, lebih parah lagi, lalu keluarga ane mendatangkan kyai/orang pinter, katanya Leo kesurupan, dan mohon jangan sampai kabur, karena bisa membahayakan orang yang dibencinya.
Benar saja, suatu hari saat keluarga ane lengah, Leo tiba2 lari, dan sudah tak terkejar, karena larinya kenceng banget gan, CR7 lewat deh , setelah seharian mencarinya, kluarga ane dapat kabar kalau Leo masuk penjara, setelah ane liat TV One, diberitakan juga di media cetak dan internet nih britanya "Leo Tega Bacok Kepala Ibu Tiri" serching aja di mbah google (beritanya ada di bawah halaman ini) , seperti judulnya, Leo tiba2 pulang kerumah bapak kandungnya, dan tega membacok Ibu tirinya yang sebenernya memang ia benci, akhirnya setelah dilakukan pemeriksaan kejiwaan, Leo dimasukkan ke RSJ, kasihan Leo.. sekarang kami sekeluarga kehilangan contact dengan Leo, terakhir denger kabar Leo sudah di Flores..
Nah singkat saja gan.. sampai saat ini Rumah Berhantu ane masih ditempatin ame kedua ortu ane, kmaren baru aja tuh kamar dijebol salah satu temboknya biar gabung ke ruang tamu, eh.. malah jadi masalah besar, bapak ane berubah jadi anak-anak, yang nangis karena kamarnya digusur.. jam 12 malem bapak ane kabur dari rumah, tidur di bekas reruntuhan tembok yang sudah difungsikan sebagai penutup lubang sampah di samping rumah, bahkan sebelumnya Ibu ane mau digerayangi ame setan.. anjir.. parah banget.. setelah kejadian itu, rencana tembok pemisah antara kamar dan ruang tamu mau dibangun kembali, sampai sekarang tiap malem dirumah ane diadain yasinan/pengajian, hadeh..Sebenernya ane ngeri buat pulang kerumah, tapi Ortu ane ngotot kaga mau pindah dari itu rumah, terpaksa lah.. ane harus tetep siapin mental.. biasanya kalau ada tamu nginep ditempat ane, pasti ngeliat penampakan.. itu dah berkali2 terjadi gan...
Mungkin itu aja gan curhat ane.. sebenernya banyak banget kejadian2 yang kaga berani ane share disini.. ane takut critanya..
Moga2 agan2 kaga kriting bacanya.. ane bukan pijar88 yang pinter nulis gan..
Ane minta doanya aj ya gan... moga2 kluarga ane tetep dilindungi Allah SWT.. amin... bagi agan yang mau berkunjung kerumah ane.. PM aja.. (maksudnya ke ID kaskus basskumuni disini :http://www.kaskus.co.id/profile/1665626)
Sumber thread kaskus : http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000013445983/ini-beneran-kisah-nyata-ane-gan-kamar-hantu-terinspirasi-ama-agan-pijar88
Komentar Kaskuser :
Waduuuuuuuuuuuuuhhhhh gan....Pesan buat pembaca :
kenapa gak pindaaaaahh siii..
kalo dari cerita agan..
"penghuni" rumah agan itu sudah berkali2 bisa mempengaruhi orang lain (nyurup),
Nah agan udah berkali2 minta orang tua agan untuk pindah dari rumah itu tapi orang tua agan kekeh gak mau, kalo menurut ane sih bukan karena gak mau gan..
tp karena yg agan ajakin dialog untuk pindah itu bukan orangtua agan...
Serem gan bacanya ane baca dan posting cerita hantu ini tepat tengah malam jam 12. Tapi logika dan akal sehat kita harus nomor satu. Begini...
Gimana cara mengatasinya gangguan setan dan makhluk gaib? Laporkan dan minta perlindungan pada Allah.
Ibarat menghadapi anjing galak, mosok kita malah adu jotos dan berkelahi dengan anjing galak itu? Akan lebih bijak kalau kita berteriak dan memanggil pemiliknya untuk menjinakkan anjing itu. Iya ga gan?
Tidak ada hal yang berbahaya dan bisa mencelakakan kita jika kita dilindungi Allah SWT. Dialah Allah yang satu, Maha Kuasa dan merupakan pencipta manusia, jin, setan, iblis, bahkan raja setan dan raja jin pun adalah ciptaannya yang begitu mudah sekali dengan Kun fayakun. Rumah hantu dalam tulisan di atas adalah ciptaan Allah juga, dengan segala kegaiban dan perisiwa anehnya. Bisa jadi semua kejadian aneh yang dialami penghuni rumah adalah sebagai pengingat bagi kita untuk mengingat Allah dan meminta perlindungannya, bahwa betapa lemah kita dengan kekuatan-kekuatan lain yang hanya Allah saja yang bisa mencegahnya.
Mari kita sama-sama membangun perasaan lebih takut pada Allah, daripada kepada setan, pocong genderuwo, jin, tuyul dan lain-lain. Makhluk gaib ini bisa apa? Kebanyakan cuma menggertak dan menakut-nakuti manusia seperti pocong lompat-lompat dan kuntilanak dengan tawa khasnya. Sedangkan Allah adalah pencipta dan penguasa mereka semua dan segala sesuatu di langit dan di Bumi tunduk kepada penciptanya. Setuju?
Langganan:
Postingan (Atom)